Thursday, December 20, 2007

Friday, December 14, 2007

gadis penjual korek api

kadang saya berharap bisa seperti si gadis penjual korek api dalam cerita Andersen (benar kan?). punya banyak korek api yang bisa mengantarkannya bertemu dengan neneknya. beberapa hari yang lalu saya kangen benar dengan nenek saya yang sudah meninggal. kangen sekali. saya membayangkan nenek saya yang gendut itu. hangat sekali rasanya jika dipeluk nenek. menenggelamkan kepala saya di dadanya (seseorang pernah melakukan ini pada saya) dan mengusap kepala saya pelan. dulu, sewaktu kecil saya sering melakukan ini. bau nenek saya masih bisa saya ingat sampai sekarang. ah, saya kangen benar...

gadis penjual korek api, bisa pinjami saya beberapa batang korekmu? saya ingin bertemu dengan nenek saya...

shiver

So I looked in your direction,
But you paid me no attention, do you.
I know you don't listen to me.
'cause you say you see straight me, don't you?
On and on from the moment I wake,
To the moment I sleep,
I'll be there by your side,
Just you try and stop me,
I'll be waiting in line,
Just to see if you care.
Did she want me to change?
But I change for good.
And I want you to know.
But you always get your way,
I wanted to say,
Don't you shiver? shiver, shiver
I'll always be waiting for you,
So you know how much I need you,
But you never even see me, do you?
And this is my final chance of getting you.
On and on from the moment I wake....
Did she want me to change?...
Sing it loud and clear.
I'll always be waiting for you.
Yeah I'll always be waiting for you.
And it's you I see, but you don't see me.
And it's you I hear, so loud and clear.
I sing it loud and clear.
And I'll always be waiting for you,.
So I look in your direction,
But you pay me no attention,
And you know how much I need you,
But you never even seen me.

(shiver, coldplay)

pulang, ka...


pasti ada suatu tempat yang bisa kau sebut sebagai rumah dan tempatmu pulang...


pulang? kemana? ini sungguhan. saya tidak sedang bercanda. saya harus pulang kemana? sebuah rumah dalam arti sebenarnya -bangunan terbuat dari batu bata dengan pintu, jendela, atap - atau sebuah sarang yang hangat tempat merebahkan segala penat hati? atau yang seperti apa?

pulang. bagi saya kata itu begitu berat. pulang bukan merupakan kata yang menyenangkan untuk saya. saya kesepian di rumah. bahwa pulang menjadi orang lain dan bukan diri saya sendiri adalah yang terjadi sekarang ini. bukan hanya sekarang sebenarnya tapi sudah sejak lama. pulang berarti diam. pulang berarti kesepian yang sangat. tak heran kalau saya betah berlamalama di manapun saya bisa berlamalama. sebisa mungkin menunda waktu. menangguhkannya barang semenit dua menit. menunda untuk mengetuk pintu rumah dan mengganti diri saya dengan diri saya yang lain.

lalu kenapa saya tidak pergi saja dari sana? dan mencari rumah saya sendiri? benar. mengapa tidak? saya tahu. saya tidak bisa. paling tidak untuk saat ini. ada jiwa lain yang kesepian di sana. ada jiwa lain yang juga (mungkin) akan berubah menjadi seperti saya. mengerikan seperti ini. dan saya tidak rela jiwa lain yang sangat saya sayangi itu berubah menjadi seperti saya. sudah cukup saya saja. tidak perlu dia. lakilaki kecil yang sekarang sedang menginjak remaja itu. saya tidak mau dia berubah juga. saya ingin dia bahagia. jalannya masih panjang.

kami memang tidak pernah saling membicarakan apa yang kami rasakan tapi saya tahu dia kesepian. saya tahu itu dan dia sendiri tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. saya takut dia sama seperti saya. merasa tidak penuh juga. itu yang saya takutkan. dengan semua lingkaran setan itu. saya tahu akhirakhir ini jarang mengobrol dengannya. jarang mendengarkan dia. sibuk dengan hidup saya sendiri. itu membuat saya bersalah.

saya ingat, saya pernah meminjam bahunya untuk menangis dan memintanya memeluk saya. dia memeluk saya tanpa mengerti kenapa saya yang perempuan dewasa ini menangis di bahunya tapi toh, dia memeluk saya -sambil tetap menonton tv. dia bertanya, kowe ngopo to mbak kok nangis barang? wis gedhe kok nangis? huh, jiwa itu juga sedang kesepian. mungkin tidak dipahaminya mengapa demikian.

itulah mengapa saya memaksa diri untuk pulang meski sebenarnya tidak ingin. berusaha menghentikan waktu jika bisa. ah, tolol kamu, jelas tidak bisa. menunda mungkin tapi tidak menghentikannya. itulah mengapa saya sangat menyukai berjalan kaki. menunda waktu lebih lama dan somehow, perjalanan yang saya tempuh itu -rute jalan kaki (ehm...saya punya rute baru; kinoki ke rumah), merupakan rumah saya. sebuah cangkang untuk saya masuk ke dalam diri saya. paling tidak untuk satu jam perjalanan jalan kaki pulang ke rumah dari tempat saya bekerja atau dari kinoki ke rumah.

ah, pulang... tak pernah menjadi kata yang ramah. tapi pasti ada suatu tempat yang bisa saya sebut sebagai rumah dan tempat saya pulang...

Thursday, December 13, 2007

just one single drop

I’m so tired of being here
suppressed by all of my childish fears
And if you have to leave
I wish that you would just leave
because your presence still lingers here
and it won’t leave me alone
These wounds won’t seem to heal
this pain is just too real
there’s just too much that time cannot erase
When you cried I’d wipe away all of your tears
When you’d scream I’d fight away all of your fears
and I’ve held your hand through all of these years
but you still have all of me
You used to captivate me
by your resonating light
but now I’m bound by the life you left behind
Your face it haunts my once pleasant dreams
Your voice it chased away all the sanity in me
These wounds won’t seem to heal
this pain is just too real
there’s just too much that time cannot erase
When you cried I’d wipe away all of your tears
When you’d scream I’d fight away all of your fears
and I’ve held your hand through all of these years
but you still have all of me
I’ve tried so hard to tell my self that you’re gone
And thought you’re still with me
I’ve been alone all along


(my immortal, evanescence)

PS: do you?




the pursuit of happiness...

kemana kebahagiaan pergi? atau sebenarnya ia tidak pernah kemanamana? hanya saya saja yang selalu merasa ia tidak pernah ada. semakin hari saya bertanya mengenai hal itu. kemana perginya? kemana saya harus mencarinya?

kebahagiaan tidak jatuh dari langit -just for free begitu saja. harus diusahakan. tapi kenapa ketika saya berusaha dan berlari mengejarnya, ia malah berlari semakin jauh meninggalkan saya? apa yang salah di sini? apa saya berusaha terlalu keras? mungkin. salah seorang sahabat mengatakannya. saya seringkali berusaha terlalu keras. saya berusaha terlalu keras sehingga malah mengacaukan semuanya. saya hanya ingin bahagia. saya hanya ingin menutup lubang itu. berharap menemukan kebahagiaan dan menutup lubang itu, sebisa mungkin. saya ingin merasa penuh. karena saya tidak pernah merasa penuh sejak entah kapan. sejak lama. selalu ada ruangan kosong. seperti dinding yang menyisakan suara yang berbeda ketika diketuk. dan di balik dinding itu ada ruang kosong yang tidak tertutup sempurna. semakin diketuk, suaranya semakin berbeda dan nyaring menyuarakan kekosongan itu.

saya mencari cara untuk mengisinya. untuk membuatnya penuh lagi. tapi agaknya tambalannya kini mulai rompal lagi dan ternyata kekosongan itu semakin menyebar. lubang itu ternyata membesar. ada tambahan lubang lagi. hmm...seperti kanker. sudah menyebar. sudah stadium lanjut. tinggal menunggu waktu saja untuk 'tamat'. tapi saya tidak mau tamat secepat itu. saya belum merasakan sungguh apa itu kebahagiaan. saya tidak mau tamat tanpa melawan. saya tidak mau. saya tidak selemah itu.

harihari ini ada gema di dalam ruang hati saya: happiness...happiness, where are thou? bergaunggaung, seperti yohanes pembabtis mungkin yang berseru di padang gurun. kemudian ada suara yang menyahut:happiness is a warm gun, but the numb-ess is coming closer and closer. lalu ada suara lainnya yang menyahut: barangkali kamu adalah perahu, yang dimainkan anak piatu. yang berani mengarungi mimpi dan menyusup ke belantara waktu (joko pinurbo).

happiness...happiness... i will come to follow you. but where the hell are thou?

Wednesday, December 5, 2007

menjejak bumi lagi

saya mulai ringan harihari belakangan ini. saya menikmatinya. memang tidak akan pernah sama lagi tapi saya tahu saya mendapatkan banyak pelajaran. tidak manis memang tapi saya belajar banyak. suatu saat nanti pasti ada gunanya.

saya menjejakkan kaki di bumi lagi...