Friday, January 25, 2008

titik ini

rindu itu ternyata menyeret saya sampai ke titik ini. selamat datang. selamat belajar kembali...

tanpa semua teori itu

pasti ada hal positif yang tersisa...

seminggu ini benarbenar membingungkan untuk saya. kemana semua perginya gejolak itu? hanya dengan satu kali anggukan dan tawa lebar yang -demi Tuhan- keras sekali itu, semua mencair sudah. gila. ini benarbenar gila. saya tidak mengerti. saya pikir saya bisa sedikit lebih heroik (duh!), bisa sedikit mendongakkan kepala, bisa sedikit sombong untuk membalas semua sakit hati saya. tapi ternyata tidak bisa. saya tidak mengerti. maka terbingungbingunglah saya sampai saat ini.

tidak ada ekspektasi apapun. tidak ada keinginan apapun. saya berusaha belajar dari pelajaran semester kemarin. bahwa terlalu excited ternyata malah membuat saya tidak mampu melepaskannya. malah membuat saya menggenggam terlalu erat. saya mau belajar dengan lebih baik. lebih tenang. semua perasaan itu masih tersimpan, berjajar rapi tapi tidak meledakledak seperti kemarin. semua sudah mengalir dengan lebih tenang. kopi kental itu perlahanlahan mulai mengendap. tapi itu yang membuat saya bingung (apalagi sih Ka?). apakah ini hal yang tepat? apakah ini sudah sesuai dengan rel yang saya maksudkan? kalau dipikirpikir pasti akan kepikiran terus. berarti saya malah berteori dan tidak bisa lepas dalam menjalani hal ini. sudah, tidak usah dipikirkan.

apa yang saya lihat darinya? pada titik ini, semakin dilihat, memang benar apa kata seorang kawan baik saya -ia tipikal bujangan tanpa arah. apa yang kamu cari? bukankah kamu punya sesuatu yang mau diwujudkan? saya bukan pahlawan yang akan menuntunnya kembali kepada tracknya. tidak. itu bukan kapasitas saya. saya tidak mau jadi pahlawan kesiangan. dia bisa sendiri. tapi sedih juga melihatnya hanya berjalan ke sana kemari, tidak jelas mau pergi kemana.

saya bertanya pada diri saya, sekali lagi, apa yang kamu lihat darinya ka? saya melihat dirinya utuh sebagai manusia. gembel, berandal, tidak jelas, menyedihkan. ah, apa hak saya memberinya label sebanyak itu? saya tahu itu semuanya. saya menerimanya. saya menyayanginya. tapi taruhannya sudah jelas; terluka lagi, berdarah lagi, ditinggalkan lagi. tapi kenapa saya mau menerimanya lagi? saya tahu ini bukan keputusan populer. mengutip tulisan di blog seorang kawan baik saya yang lain: tabrak saja! benar kiranya, tabrak saja. sekarang yang ada itu. dan tanpa teori. lelah ternyata berteori. teori ttg cinta, tips bagaimana menjinakkan hati lawan jenis (duh!), tips tentang hubungan agar awet, etc. sudahlah. sekarang yang ada hanya saya dan dia. dan jalani saja semuanya.

satu yang pasti; tidak mungkin semua kepingan dirinya hanya terdiri dari sampah dan semua hal yang tidak jelas itu. pasti ada sesuatu yang positif yang berjalan berbarengan dengan semua kegembelan itu. pasti.

ah, saya hanya mampu menghela napas panjang untuk pelajaran kali ini... tanpa teori...

Saturday, January 12, 2008

buat ning

: buat rindu yang menyeret tanpa ampun...

pasti datangkah semua yang ditunggu
detikdetik berjajar pada mistar
yang panjang
(barangkali tanpa salam terlebih dahulu)

januari mengeras di tembok itu juga
lalu desember
musim pun masak sebelum menyala cakrawala
tibatiba: kita bergegas pada jemputan itu

-SDD 1967-

Thursday, January 3, 2008

rindu


sepotong rindu masuk ke dalam hati sepi. merasa kesakitan, sepi mencongkelnya pergi. kenapa? tanya rindu itu. sepi mengedikkan bahu dan melangkah pergi.

pohon harapan a.k.a bonne anne

selalu ada tempat yang bisa kusebut rumah dan tempatku pulang... selalu dan pasti ada, dimanapun itu...

tahun sudah berganti lagi ternyata. sudah tahun baru lagi. tahun baru, harapan baru. saya harap seperti itu. harapan baru. saya tidak punya resolusi macammacam untuk tahun ini. tidak ada. saya hanya mau melanjutkan hidup saya dengan jauh lebih baik lagi. melihat ke depan dan tidak melihat lagi ke belakang. sangat berat memang untuk berpisah dengan apa yang di belakang itu. tapi agaknya memang lebih baik semuanya ditinggalkan. tidak usah dilihat lagi. hmm... berat sekali kiranya tapi saya sudah bilang ke diri saya: ka, jangan lagi lihat ke belakang, hidupmu ada di depanmu. jangan lihat lagi lihat ke belakang. sudah cukup.

harapan saya untuk tahun ini adalah mendapatkan pekerjaan lagi. kerja terus. realistis lah, saya butuh uang. dengan manusiamanusia yang ada di rumah, saya harus -paling tidak- bisa membantu sedikitsedikit, biarpun selalu paspasan. saya berusaha.

tahun ini semoga lebih baik. hmm, sepertinya setiap tahun juga seperti itu. tapi -benar- semoga tahun ini lebih baik. lebih baik.