

06. 07. 08 12.01...
06. 07. 08 12.01...
I.
Sejak saat itu kekerasan selalu terjadi. Bumi pun juga mengalaminya. Ayah sering memukulnya jika ia tidak menurut. Seperti saat ia pulang sekolah terlambat, ia mendapatkan amarah ayahnya. Bumi mencoba menjelaskan alasannya bahwa ia pulang terlambat karena mengerjakan tugas terlebih dahulu di rumah salah seorang temannya tapi ayahnya tidak mau tahu. Dan halhal seperti itu sering terjadi.
Kesendirian, tanpa teman, kekerasan yang dilihat dan dialaminya membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang tertutup, penyendiri, tidak mudah percaya pada orang dan pemurung. Ia ingin seperti anakanak lain. Bermain bebas dan tidak dikungkung oleh ayah yang tiran seperti itu. Yang paling menyedihkan baginya adalah: melihat ibunya mengalami kekerasan itu hampir setiap hari. Ia mendengar ibu menangis lirih di sebelahnya ketika ia sedang tidur. Ia mendengar ibu bicara sendirian pada bungabunga di kebun. Kenapa ibu tidak pergi saja? Demikian tanyanya suatu kali. Ibu menggeleng. Kamu butuh ayah, jawabnya. Aku tidak butuh ayah seperti itu, bantah Bumi. Sudahlah nak, biarkan saja semuanya seperti ini, tegas ibu. Bumi marah. Kenapa ibu seperti itu? Kenapa?! Kenapa ayah seperti itu?
Kemudian perlahan, Bumi mulai menciptakan dunianya sendiri. Dunia dimana tidak ada kekerasan dan ayahnya sama sekali. Ia mulai menciptakan saudara khayalan. Ara. Ara seusia Bumi. Ara cantik. Ara pintar. Ara selalu melawan ayah ketika ayah mulai memukuli ibu. Ara selalu menenangkan Bumi dan memberi keberanian untuk melawan ayah. Bumi sangat mencintai Ara. Ara adalah tumpuannya. Ara hebat. Ara tidak pernah takut menentang ayahnya. Dunia bersama Ara sangat menyenangkan. Tapi semakin lama, Bumi semakin terdominasi oleh Ara. Ara semakin berkuasa. Ia semakin sering mengambil alih Bumi. Semua Ara. Bumi tidak bisa menghalanginya. Ia sangat mencintai Ara. Tanpa Ara ia tidak akan bisa bertahan menghadapi neraka ini.
Ternyata kiamat itu ada. Kiamat datang ketika ibunya memutuskan untuk bunuh diri. Peristiwa itu terjadi ketika Bumi berusia 10 tahun. Saat itu, ia dan ibu berlibur ke Parangtritis. Menginap di rumah simbah. Suatu malam, ketika itu Bumi sudah tidur, ibu pergi ke pantai. Ibu tidak tahu kalau Bumi mengikutinya. Bumi terjaga dan menemukan ibu tidak ada di sisinya. Kemudian ia mencari ibu dan menemukan ibu sedang berjalan menuju pantai. Kenapa malammalam begini ibu pergi ke pantai? Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat ibu berjalan ke arah laut tanpa menghiraukan gelombang pasang waktu itu. Bumi mencoba mengejar ibu, tapi semua terlambat. Ibu sudah masuk ke dalam gelombang dan hilang.
II.
Para tetangga menemukan Bumi tertegun memandang rumahnya dan tidak mampu bicara sepatah katapun. Ia terlalu gembira untuk bisa mengungkapkannya. Polisi yang mengusut kejadian tersebut dan mencurigai bahwa Bumi terlibat di situ. Tapi penyelidikan tidak dilanjutkan karena menurut psikolog, Bumi memiliki kelainan jiwa. Dia tidak bisa dihukum. Kemudian Bumi dibawa ke rumah sakit jiwa dan dirawat di sana.
III.
setelah satu tahun tinggal di rumah sakit jiwa, Bumi merasa hidupnya sebenarnya sudah selesai. Bahkan hidupnya sudah selesai semenjak ia memutuskan membunuh ayahnya. Lalu untuk apa ia hidup jika semuanya sudah selesai seperti ini? Ara tidak lagi bersahabat dengannya. Ia hanya menyalahkan Bumi. Bukankah ia yang punya ide membunuh ayah? Memang mereka berdua yang bersama melakukannya, tapi kenapa Ara meletakkan semua tanggung jawab hanya pada Bumi? Ara menjadi kian mendominasi. Ia muak. Ia tidak mau didominasi lagi. Lagipula untuk apa hidup? Kemudian, ia merencanakan sebuah pembunuhan. Atas dirinya. Kali ini Ara protes keras. Kalau Bumi mati, dia otomatis juga mati. Tidak. Ara masih mau hidup. Tapi Bumi tidak mau hidup. Cukup.
Standar siapa yang saya pakai kali ini? bukan murni standar yang saya buat sendiri. Tapi standar orang lain yang saya cangkokkan ke dalam diri saya. Standar seorang penulis sukses, seorang pembuat film pendek, seorang progammer, seorang pembuat film dokumenter, seorang anak komunitas film, seorang penulis skenario, seorang anarko sindikalis, dst. Tidak ada “saya seorang guru play group yang bahagia dengan pekerjaannya dan sekarang mencoba lebih serius menulis”. Tidak ada. Jadi wajarlah kalau saya adalah layanglayang putus yang tidak tahu arah. Yang dipikirkan adalah bagaimana bisa sejajar dengan layanglayang lain yang berwarnawarni itu. Mereka tidak putus dan tahu arah karena mereka tahu apa yang mereka inginkan. Arah mana yang hendak dituju. Sedangkan saya? Sedang memutuskan untuk memilih kemana saya akan melabuhkan diri –meski sebenarnya sudah jelas terlihat kemana arah pelabuhan saya.
Somehow, ini juga merupakan obat bagi diri saya sendiri. Dengan mengajar dan berhadapan dengan anakanak, saya sedang mengobati diri sendiri. Ternyata cara ini manjur lebih dari yang saya sangka. Saya memberikan cinta saya pada anakanak saya, dan saya mendapatkan kelegaan luar biasa. Dan coba tebak, saya suka dipanggil dengan sebutan “ibu, bu”. Bukan hanya oleh muridmurid saya tapi oleh orangorang lain. Selain karena saya memang sudah emakemak, sebutan itu terdengar nyaman di telinga saya. Mungkin karena saya terbiasa atau memang karena saya mulai menyukainya.
Tapi apakah saya puas dengan keadaan saya sekarang? Tidak. Saya kepikiran ingin punya sekolah sendiri. Punya “bayi” saya sendiri. Tapi itu nanti dulu. Modal belum ada. Pelanpelan lah. Membuat sekolah kan butuh biaya yang tidak sedikit. Dengan keuangan saya saat ini jelas tidak mungkin. Suatu saat.