Kamu : hidup menuju kematian, kenapa takut? Hari ini aku datang ke pemakaman mbahnya Slamet. Aku membayangkan kalau itu adalah aku. Berat rasanya.
Kamu : aku tidak bisa tenang lagi menunggu hasil tes!
Kamu : Oya, besok kamu mengajar kan? Aku mau ngobrol denganmu serius tentang hasil tesku. Rencananya jam 1. bagaimana?
Aku : besok setelah aku mengajar ya...
Aku : aku tidak tahu harus bilang apa. Katakata hanya akan menjadi klise tapi aku cuma bilang kalau aku tidak meninggalkanmu. Apapun hasil tesmu. Aku tidak berjanji tapi aku berusaha. Aku sudah mempersiapkan diri untuk hasil terburuk.
Kamu : terima kasih. Aku tidak bisa tenang. Aku takut kamu akan pergi. kalau HIVnya, itu adalah buah dari masa laluku. Aku ingin memelukmu. Boleh tidak?
Aku : silakan. Dengan senang hati...
Kamu : besok apapun hasilnya. Positif atau negatif, aku masih tetap boleh memelukmu to? Menciummu?
Aku : boleh...
Kamu : kamu tidak takut?
Aku : kalau kamu positif, tentu saja ada batasnya. Kau tidak mau membunuhku kan?
Aku : aku tidak bilang bahwa aku tidak takut. Aku hanya manusia biasa. Yang coba kulakukan adalah menghadapinya. Melihatnya lebih dekat. Itu saja.
Kamu : gila jika ketika aku tahu bahwa aku positif terus mau menularkan itu ke kamu! Aku tidak sejahat itu. Mungkin aku akan memilih pergi saja. Aku tidak mau menjadi beban untukmu.
Aku : aku menghormati setiap keputusan yang kau ambil. Apapun itu. Kalau kau pikir pergi adalah jalan terbaik, aku hanya bisa membiarkanmu. Tapi jika kau memutuskan untuk tinggal, kau tahu dimana mencariku...
Kamu : kita lihat saja besok. Tapi tetap saja aku takut! Tolong sampaikan pada Tuhanmu barangkali dia mau mendengar doa untuk orang yang tidak percaya dengan keberadaanNya...
Aku : dia mendengar kok. Jangan kuatir. Dia mendengarkanmu bahkan sebelum kau minta dia mendengarkanmu. Dia mengirim aku untuk memelukmu ;-)
Kamu : aku baca buku saja dulu ya. Barangkali bisa sedikit membantu mengalihkan kekuatiranku. Sampai bertemu besok ya...
24.05.07 21.07...
No comments:
Post a Comment