Thursday, July 31, 2008

lubang kelinci

beberapa hari ini saya menemukan mainan baru. lubang kelinci baru. bis trans jogja. sederhana sekali. ya memang sesederhana itu untuk membuat mata saya kembali bersinarsinar lagi. mencoba jalur dari taman bermain saya di selatan menuju taman bermain berikutnya di utara. tentu saja pulang malam dan masih tetap jalan kaki. tapi semua jadi terasa menyenangkan. semua jadi berasa matahari. duduk di kursi empuk dengan ac kencang (satusatunya yang membuat saya harus menyembunyikan kaki di bawah kursi dan merapatkan jaket), tapi toh tidak mengurangi antusiasme saya menjelajahi lubang kelinci baru ini. taruhan perut kembung dan masuk angin memang sudah masuk ke dalam agenda ketika memutuskan untuk mencoba menjelajahi mainan baru ini.

saya benarbenar menikmati berjalanjalan seperti ini. melihat setiap perhentian (pegawai trans menyebutnya
shelter) dan mengamati setiap orang yang keluar dan masuk. mencermati jalanan. melihat lampulampu di sepanjang jalan. menatap diri saya di kaca jendela. saya menemukan seseorang dalam kaca dengan wajah lelah tapi matanya berkilat, menikmati jalanjalan kecil ini. seseorang dalam kaca yang balas tersenyum kepada saya dan matanya mengatakan bahwa saya bisa menikmati semuanya ini dan melupakan sejenak apa yang ada di luar lubang kelinci.

cukup untuk hari ini... ;-)


Tuesday, July 29, 2008

yang tercecer dari folder lama

Apa artinya sepotong rindu?

Sepotong rindu bagaikan sembilu yang mengiris urat nadiku. Sampai putus. Tus!

Darah berceceran. Terserak.

Warna merah memenuhi udara yang kemudian menjadi semarak. Semarak

yang amis.

Apa artinya sepotong rinduku padamu?

Mungkin seperti laut yang memanggil sungai pulang menuju muara. Berseruseru tanpa lelah.

Mungkin seperti langit yang hanya menghabiskan waktunya menatap matahari. Mungkin.

Mungkin seperti bulan pucat yang mewarnai langit

Mungkin seperti suara bayi ketika lapar akan susu ibunya

Mungkin..


saya menemukan lariklarik tulisan di atas dari folder lama. memang ya, setan badai ingatan susah sekali dibendung.

whoaahhh!!! tarik napas panjang ya...



Monday, July 28, 2008

let it be my dear,... let it be...

When I find myself in times of trouble
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be.
And in my hour of darkness
She is standing right in front of me
Speaking words of wisdom, let it be.
Let it be, let it be.
Whisper words of wisdom, let it be.



And when the broken hearted people
Living in the world agree,
There will be an answer, let it be.
For though they may be parted there is
Still a chance that they will see
There will be an answer, let it be.
Let it be, let it be. Yeah
There will be an answer, let it be.



And when the night is cloudy,
There is still a light that shines on me,
Shine on until tomorrow, let it be.
I wake up to the sound of music
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be.
Let it be, let it be.
There will be an answer, let it be.
Let it be, let it be,
Whisper words of wisdom, let it be


(let it be, the beatles)


itu adalah salah satu lagu legendaris kesayangan saya. yang selalu saya nyanyikan untuk menyemangati diri saya ketika sejuta setan badai datang seperti ini. lagu yang membuat saya menggenggam erat tangan sesuatu yang tidak terlihat tapi saya tahu memiliki daya yang sangat besar untuk membantu saya menopang tubuh saya yang doyong ini.


let it be...


jumat lalu saya menonton across the universe (lagi). film yang dibuat berdasarkan lagulagu the beatles. saya tidak bisa lepas dari layar besar di hadapan saya. terpaku. lagu iu diperdengarkan lagi. scene seorang bocah kulit hitam berada di tengah kerusuhan, perang (?). dia duduk menyandar di sebuah mobil, bersembunyi dan menyanyikan lagu itu.


let it be... let it be... let it be...


mata saya sontak panas. berkacakaca dan basah. berderaiderai tanpa suara. scene berganti di sebuah gereja, kebaktian menjelang pemakaman si bocah yang ternyata mati. jemaat menyanyikan lagu itu. saya juga. saya ingin berdiri. merentangkan tangan, menyanyi keras, bertepuk tangan.


speaking words of wisdom, let it be...


saya pulang dengan menyenandungkan lagu itu sepanjang jalan. pelan. menenangkan perasaan. menidurkan badai.


there will be an answer, let it be...



Friday, July 18, 2008

abi si hidung kancing dan sepasang sepatu merah muda milik rossa


ketika melihat dua foto ini, saya lantas bertanya pada diri saya: apa yang sedang dilihat abi si hidung kancing dan apa saja yang sudah dilalui sepasang sepatu merah muda itu. dunia dari mata si hidung kancing yang masih berumur 2 tahun 6 bulan dan sepasang sepatu merah muda milik rossa. saya terkadang belajar dari si hidung kancing ini bahwa segala sesuatu hal meskipun yang paling kecil sekalipun merupakan hal yang sangat berharga meski itu hanya labalaba semak biru, huga buga huga, hoik hoik hoik, dan ransel ransel ransel.

yup, berharga...


burung pipit yang kecil dikasihi Tuhan,
terlebih diriku dikasihi Tuhan.

bunga bakung di padang, diberi keindahan,
terlebih diriku dikasihi Tuhan.

bunga yang besar kecil, sungguh indah warnanya
pasti tak terlupa oleh penciptanya.


ah,lagu sekolah minggu masa kecil saya..


Sunday, July 13, 2008

you can erase someone from your head, but make them out from your heart is another story...

:love is so short, but forgetting is so long... (neruda)

Love is real, real is love
Love is feeling, feeling love
Love is wanting to be loved


Love is touch, touch is love
Love is reaching, reaching love
Love is asking to be loved


Love is you
You and me
Love is knowing
We can be


Love is free, free is love
Love is living, living love
Love is needing to be loved



(love, john lennon)


Sunday, July 6, 2008

black bird



Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise.

Blackbird singing in the dead of night
Take these sunken eyes and learn to see
All your life
You were only waiting for this moment to be free.

Blackbird fly Blackbird fly
Into the light of the dark black night.

Blackbird fly Blackbird fly
Into the light of the dark black night.

Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise
You were only waiting for this moment to arise
You were only waiting for this moment to arise.


: untuk jiwa marah nun jauh di dalam sana. tidurlah... tidurlah...


(black bird, the beatles)


tentang segala hal yang berhubungan dengan menikah dan pernikahan

Memasuki usia siap nikah a.k.a. sudah tua seperti saya dan masih tinggal dengan keluarga bukan merupakan hal yang mudah. Apalagi dengan keluarga besar model keluarga saya, yang masih condong ke ultra konservatif dan lingkungan tempat tinggal yang kadangkadang usil bertanya. Susah. Pembicaraan mengenai “sudah ada pandangan belum?” (pandangan apa coba?), “kapan giliranmu?”, dll. Segala pertanyaan klasik yang sudah bisa ditebak kemana arahnya. Ah, malas.

Dua hari ini, bulik saya datang dari Madura (seorang sahabat, ngekek ketika saya cerita bahwa bulik saya datang dari sana. Jauh banget, bo katanya). Bulik saya ini, yah seperti biasa adalah model ibuibu kebanyakan. Bangga banget dengan anaknya yang sekarang menjadi pegawai tidak tetap sebuah instansi pemerintah (saya maklum, mana ada to seorang ibu yang tidak bangga pada anaknya?), kemudian bercerita macammacam mengenai anaknya tersebut. Cerita bahwa kelak mungkin anaknya akan diangkat menjadi PNS. Itu akan membuatnya tenang akan masa depan sepupu saya itu. Masa tuanya terjamin. Setelah nanti lumayan mapan, mungkin akan dicarikan jodoh dan menikah. Saya hanya nyengir. Linear ya? Batin saya.

Kemudian bulik bertanya kepada saya, apa pekerjaan saya, berapa penghasilan saya, rencana ke depan bagaimana, sudah ada calon belum, kapan menikahnya, bla bla bla.. cengiran saya sudah seperti kuda beranak, benarbenar sudah tidak enak. Akhirnya saya jelaskan bahwa saya kerja ini itu, bergiat di sini di situ. Bahwa saya tidak punya rencana menikah. Kalau ketemu jodoh dan memungkinkan ya menikah, tapi kalau tidak ya tidak saja. Toh menikah bukan mainan. Masa saya harus menikah hanya untuk memenuhi kewajiban sosial saja. Yang benar saja ya. Saya tidak mau menciptakan neraka untuk yang kedua kalinya dalam hidup saya. Satu saja sudah cukup. Saya tidak mau menciptakan monster yang sama dengan yang ada sekarang ini. saya tidak mau ada makhluk yang hanya half empty dan half full lagi. Saya belajar banyak dari apa yang sudah saya alami selama ini. pernikahan bapak dan ibu saya, keluarga saya, diri saya sendiri. No more frankenstein.


Saya pernah bilang ke ibu saya, kalau saya tidak ada rencana menikah dan berkeluarga ke depannya. Ibu saya memandang saya dengan sedih. Ia selalu bilang saya belum bertemu dengan jodoh, dengan orang yang tepat, masa semua lakilaki seperti ayah saya, pasti ada yang tidak. Saya balik memandangnya dengan pandangan berkabut –agaknya- dan tersenyum “sudahlah bu relakan saja ya, toh segi positifnya aku bisa menemanimu sampai akhir nanti”. Sesudah itu kami tidak membicarakan masalah itu lagi. Tapi saya tahu, ia kuatir dan sedih. Dengan berat hati saya mengecewakannya. Saya tahu. Maafkan saya.


Pertanyaanpertanyaan seperti itu memang sangat mengganggu saya tapi saya sekarang ini tidak terlalu ambil pusing dengan itu semua. Saya tinggal tersenyum dan mengatakan bahwa saya belum mikir soal menikah dan tidak ada rencana untuk itu. Biasanya, mereka (keluarga dan tetangga) yang bertanya hanya memandang saya dengan pandangan kasihan. Ah, pandangan yang saya tidak suka. Dikasihani. Saya tidak peduli. Saya berlalu saja. Dan pembicaraan seperti itu berhenti.

Yang belum bertanya adalah ayah saya. Aneh bagi saya mengingat dia selalu ingin mengatur semuanya. Mungkin ia tahu bahwa ia sudah tidak bisa lagi meminta saya mengikuti maunya. Ya, agaknya memang itu. Dia tidak pernah bertanya mau kemana saya, apa yang saya cari, bagaimana masa depan saya. Meski saya tahu di belakang saya, ia selalu membicarakannya dengan keluarga besar saya yang lain. Sekali lagi saya tidak peduli. Saya sudah diam sejak lama. Saya tidak mau lagi diatur. Saat ini saya memang berkompromi tapi bukan untuk diatur lagi. Agaknya ia tahu itu dan tidak ikut campur hidup saya lagi. Sedikit demi sedikit.


Kali ini saya tidak berusaha melawan pertanyaanpertanyaan itu. Tidak lagi marah dan melawan dengan frontal. Tidak lagi dengan garis keras seperti kebiasaan saya dulu. Tapi kali ini dengan siasat. Saya belajar bahwa melawan kekerasan dengan kekerasan tidaklah ada gunanya. Menghabiskan energi. Meski demikian energi kemarahan saya memang belum habis atau memang tidak habis. Itu mungkin salah satu yang membentuk saya. Hingga saya sampai kepada bentuk saya saat ini.


Toh kalau pertanyaanpertanyaan tentang kehidupan sosial seperti itu muncul lagi dan pasti akan gencar mengingat sepupu saya akan lamaran, sahabat karib saya akan tukar cincin dan adik saya sendiri juga akan naik ke tahap serius dengan pasangannya, saya hanya akan memaklumi karena itu bagian dari proses dan usia juga. Wis wayahe kalau orang Jawa bilang. Jadi kenapa harus repot dan sewot?


Menikah itu baik, tapi tidak untuk saya... itu katakata siapa ya? Saya lupa. Saya pernah baca di sebuah buku. Somewhere. Hmm... benar..


06. 07. 08 12.01...