Monday, December 22, 2008

.....

: K.W.

Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja: ingin sampai rumah saat senja supaya saya dan senja sempat minum teh bersama di depan jendela.

Ah cita-cita. Makin hari kesibukan makin bertumpuk, uang makin banyak maunya, jalanan macet, akhirnya pulang terlambat. Seperti turis lokal saja, singgah menginap di rumah sendiri buat sekedar melepas penat.

Terberkatilah waktu yang dengan tekun dan sabar membangun sengkarut tubuhku menjadi rumah besar yang ditunggui seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra: "Sudah kubuatkan sarang senja di bujur barat tubuhmu. Senja sedang berhangat-hangat di dalam sarangnya."


(citacita, joko pinurbo, 2003)

Saturday, December 20, 2008

all you get from love is a love song

Like sailin' on a sailin' ship to nowhere
Love took over my heart like an ocean breeze
As seagulls fly I knew that I was losin'
Love was washed away with the driftin' tide

Oh, it's a dirty old shame
When all you get from love is a love song
That's got you layin' up nights just waitin' for the music to start
It's such a dirty old shame when you get to take the blame for a love song
Because the best love songs are written with a broken heart

And now the tears in my eyes are ever blinding
The future that lies before me I cannot see
Although tomorrow I know the sun is rising
Lighting up the world for everyone, but not for me


(all i get from love is a love song, the carpenters)


kisah mengenai manusia siput yang mengatakan "tidak" kepada saya bertahun lampau...

: manusia siput di rumah gereja putih, di hari minggu hujan...


Seseorang dari folder lama saya baru saja mengabarkan bahwa ia akan bertunangan. Seseorang ini tidak pernah mau memanggil langsung nama saya. Tidak pernah. Akunya dulu pada saya, karena ia tidak berani. Ia tidak akan pernah bisa memanggil saya dengan nama saya. Ia selalu memanggil saya dengan “mbak” alih-alih nama saya. Saya merasa tua sekali waktu itu dan memintanya memanggil dengan nama saja, tapi ia bersikukuh bahwa biarkan saja begitu adanya. Biarkan saja “mbak” itu sebagai penghormatan pada saya. Penghormatan? Saya tidak terlalu membutuhkan itu. Baginya itu sebuah penghormatan. Bagi saya itu adalah sebuah jarak yang diciptakan untuk membuat saya tahu bahwa ada halaman yang tidak boleh saya lintasi. Jarak yang terus menyadarkan saya dimana saya seharusnya. Bahwa halaman itu berpagar dan saya tidak diijinkan masuk ke dalam karena dia tidak memberikan kuncinya kepada saya. Kuncinya –jelas ka, diberikan pada orang lain.


Begitulah sekian tahun berteman dengannya –bisakah itu disebut dengan pertemanan sementara saya tampak sebagai Attila the Hunt, sang agresor, pihak yang sangat mengintimidasi tanpa saya berkata apapun– ia tetap tidak mau mengecilkan jarak di antara kami. Dan akhirnya saya menyerah untuk tidak memaksanya lagi. Saya menyerah, untuk kemudian mundur. Kemudian kami sibuk dengan hidup masing-masing. Hubungan kami hanya sebatas itu. Saling berkirim kabar, bertanya bagaimana hidup masing-masing, kemudian menghilang, dan kemudian ia muncul lagi dengan berita itu. Berita yang saya tahu pasti akan sampai ke telinga saya, dan saya tahu saya akan seperti ini: bengong dan berderaiderai. Saya tahu, saya bisa memastikan bagaimana reaksi saya, dan tetap saja saya tidak mampu mengendalikan lonjakan rasa sedih itu. Saya merasa sekali lagi ditinggalkan. Dibiarkan berdiri di luar pagar, dan saya merasa sebagai tamu tidak diundang. Yang hanya boleh melihat kehangatan di dalam rumah dari pintu luar pagar.


Ya, saya sudah lama berlalu dari pintu pagar itu. Mencari pintupintu lain yang terbuka bagi saya, mengetuknya dan menanyakan kemungkinan apakah saya bisa masuk dan tinggal. Tapi saya selalu memandang rumah dan pintu pagar itu dari jauh jika saya lewat. Masih tetap sama. Saya tidak diundang. Sampai hari ini datang.


Dia dulu berkata “tidak” untuk saya. Kata “tidak” dengan nada getir. sekarang pun sama. Jelas. Saya membayangkan bagaimana dia sekarang ini. Bahagiakah ia? Seingat saya gadis yang akan dinikahinya itu adalah gadis pujaannya sejak dulu. Begitu ia bercerita pada saya. Dulu saya membayangkan bagaimana gadis itu. Apakah ia seperti saya? Apa yang ia suka? Betapa tidak berharganya pikiranpikiran seperti itu, tapi saat itu saya tidak mampu mengendalikannya. Itu datang begitu saja. Sesuatu yang tidak terlalu penting lagi saat ini. Dan memang tidak perlu dipikirkan.

Saya tidak tahu apa yang saya pikirkan waktu itu. Hmm...sepertinya waktu itu terjadi, sudah puluhan tahun yang lalu. Yang saya tahu, saya merasakan banyak sekali kupu-kupu dalam perut saya. Banyak sekali. Dan saya merasa jadi lebih sering tersenyum. Kawanan kupukupu itu memang dahsyat. Sampai sekarang masih saya simpan kupukupu dalam perut itu dalam sebuah kotak. Sudah membeku seperti sebuah hiasan serangga yang diawetkan teronggok di buffet, di ruang tamu. Tidak sama seperti dulu. Jejaknya hanya ada dalam ingatan saya. Hanya itu yang tersisa. Tapi mengapa tetap saja mata saya basah seperti ini?


Orang ini, manusia siput yang mengatakan “tidak” kepada saya bertahun lampau, saya ternyata menyayanginya. Perasaan itu tenang. Tidak bergejolak. Bukan masanya lagi. Masa itu sudah lewat. Saya tahu ini akan menjadi seperti yang dibilang ibu paus bungkuk kawan saya yang berada di dekat amerika sana –laten. Sesuatu yang laten akan menjadi abadi dan hidup di dalam diri saya, dan saya tidak perlu menengok ke tempat lain lagi, kecuali dalam diri saya sendiri.


Tapi saat ini biarkan saya menangis sepuasnya, di rumah siput ini, di hadapan setumpuk pekerjaan yang ternyata menjadi korek api ajaib saya, yang memberi saya kehangatan dan kekuatan, betapapun saya sangat lelah menghadapinya.


Ibu angsa, rumah siput, Sarah McLachlan, Carpenter, dan Enzo Lorenzo Alfonso di kolong meja untuk malam ini...


Barangkali telah kuseka namamu

Dengan sol sepatu

Seperti dalam perang yang lalu

Kauseka namaku

Barangkali kau telah menyeka bukan namaku

Barangkali aku telah menyeka bukan namamu

Barangkali kita malah tak pernah di sini

Hanya hutan, jauh di selatan, hujan pagi

(Barangkali Telah Kuseka Namamu, G.M., 1973)


PS: doa saya selalu untukmu. Selalu...


Rumah siput, 19.12.08, 23.00...

Sunday, December 14, 2008

a sort fairy tales for today...


Blood roses
Blood roses
Back on the street now
Blood roses
Blood roses
Back on the street now
Can't forget the things you never said
On days like these starts me thinking
When chickens get a taste of your meat girl
Chickens get a taste of your meat yes

You gave him you blood
And your warm little diamond
He likes killing you after you're dead
You think I'm a queer
I think you're a queer
Said I think you're a queer
I think you're a queer
I shaved every place where you been boy
I said I shaved every place where you been yes

God knows I know
I've thrown away those graces
God knows I've thrown away
Those graces
God knows I know
I've thrown away those graces

The Belle of New Orleans tried to show me
Once how to tango
Wrapped around you feet
Wrapped around like good little roses

Blood Roses
Blood Roses
Back on the street now
Blood Roses
Blood Roses
Back on the street now
Now, Now
Now you've cut out the flute
From the throat of the loon
At least when you cry now
He can't even hear you
When chickens get a taste of your meat girl
Come on
Come on
Come on
Come on
Come on
Come on
Come on
Come on
Come on
When he sucks you deep
Sometimes you're nothing but meat


(blood roses, tori amos)

Friday, November 14, 2008

Wednesday, November 12, 2008

miss lonely di suatu hari hujan...


jalan kecil di belakang rumahmu



membujur jalan setapak, tanpa pohon, tanpa pagar

kesedihan segera meluap dari tubuhnya seperti es krim,

meleleh di tangan bocah

: kental dan setengah dingin

menyentuhnya membuatmu menepi sebentar

dari kenyataan yang jauh menyedihkan

kenangan, sebutlah demikian,

kini menyusur jalan setapak itu

tanpa pohon, tanpa pagar

tanpa aku dan kamu lagi


(gunawan maryanto, 2008)



Friday, October 31, 2008

kisah yang akhirnya saya pahami


saya tahu sekarang mengapa ibu saya tidak pernah bersedia pergi dari ayah saya. dulu saya mengira ini hanyalah penyakit perempuan lemah. ternyata tidak demikian adanya. tidak sesederhana itu.

ibu saya perempuan hebat. saya tahu dia bukan perempuan lemah -terlepas dari bagaimana definisi lemah dan kuat itu sendiri. tak penting menurut saya. ibu saya dengan segala pengetahuannya yang kadang bagi saya memang tidak cukup menampung semua pemikiran saya (iyalah ka, kalian beda), tapi justru malah seperti tiang yang menopang saya. bukan tiang sebenarnya, tapi companion untuk segala hal. ibu saya percaya sepenuhnya terhadap saya tanpa paham apapun mengenai apa yang saya pikirkan dan saya lakukan. saya pribadi merasa tidak sanggup ke tahap itu. terlalu berat. pikiran sederhananya memungkinkan untuk itu, pikir saya. apapun itu, saya tidak bisa ke sana.

saya tahu sekarang jawabannya setelah bertahuntahun mencoba mencari tahu dan bertanya sendiri mengapa ia bertahan. ini hidupnya. ini lingkungan sosialnya. ia tidak punya alternatif pilihan lain. ini yang dia tahu selama ini. sangat tidak adil jika saya mencoba mencabutnya dari apa yang telah ia hidupi bertahuntahun. saya tahu ibu saya menghidupinya dengan sepenuh hati. sekarang itu sudah cukup untuk saya. asal ibu saya bahagia dengan hidupnya.

berbahagialah dia yang tidak melihat namun percaya... agaknya ibu saya mengimani itu...


Tuesday, October 28, 2008

uninvited




Like anyone would be
I am flattered by your fascination with me
Like any hot-blooded woman
I have simply wanted an object to crave
But you, you're not allowed
You're uninvited
An unfortunate slight

Must be strangely exciting
To watch the stoic squirm
Must be somewhat heartening
To watch shepherd need shepherd
But you you're not allowed
You're uninvited
An unfortunate slight

Like any uncharted territory
I must seem greatly intriguing
You speak of my love like
You have experienced love like mine before
But this is not allowed
You're uninvited
An unfortunate slight

I don't think you unworthy
I need a moment to deliberate

(uninvited, alanis morissette)


: sana da, pergi kejar mataharimu. buktikan semuanya ya...untuk diri saya juga yang tidak mau mengejar matahari baru itu. saya yakin ada saatnya, ada waktunya. mungkin memang tidak saat ini. suatu saat nanti.



...



bagaimana jika ingatan tentang dirimu di dalam kepala seseorang dihapuskan dan dilupakan begitu saja dan demikian juga ingatanmu tentang seseorang itu?

tidak ada bagaimana sebenarnya. mungkin pertanyaannya yang diubah dengan "bagaimana jika". jawabannya sudah jelas: sakit sekali..


Wednesday, October 22, 2008

di bawah pohon baobab

“ selamat siang “, sapa si Rubah. “ selamat siang “, jawab Pangeran Kecil sopan, mendongak tapi tidak melihat apa-apa. “ aku disini”, kata suara itu, “ di bawah pohon apel “ “ siapa kau? “ tanya Pangeran Kecil, “ kau cantik sekali “. “ aku Rubah “ jawab si Rubah. “ kemarilah dan bermain denganku”, Pangeran Kecil mengusulkan “ aku sedang sedih sekali….” “ aku tidak bisa bermain denganmu “ kata si Rubah “ belum ada yang menjinakkan aku “. “ apa artinya ‘menjinakkan’? “ tanya Pangeran Kecil. “ sesuatu yang sering diabaikan, “ kata si Rubah. “ artinya ‘menciptakan ikatan’ “. “ menciptakan ikatan? “. “ tepat “, kata si Rubah. “ bagiku, kau sekarang hanyalah seorang anak laki-laki kecil, sama seperti seratus ribu anak laki-laki lainnya. Dan aku hanyalah seekor rubah seperti seratus ribu rubah lainnya. Tetapi jika kau menjinakkanku, kita saling membutuhkan. Bagiku, kau akan unik di dunia ini. Bagimu, aku akan unik di dunia ini “. “ aku mulai mengerti, “ kata Pangeran Kecil. “ aku kenal setangkai bunga…kurasa dia telah menjinakkanku….”

(le petit prince, Antoine de Saint-Exupery,1974)





: di bawah pohon baobab imajiner, saya duduk memandang matahari turun...


kissing a fool



saya membuka sebuah situs pertemanan yang sedang menjadi akuarium pamer semua orang kali ini, membaca status dari profil seseorang, membaca komentarkomentar di bawahnya dan termenung dan berdebar, untuk kemudian tertawa lebar. god! bodohnya saya ini. bagaimana bisa? bagaimana bisa saya mendongak dan menepuk dada seperti itu?

well...well, selalu ada pelajaran di balik segala kebodohan bukan? hmm... apologi saya kali ini

Monday, October 20, 2008

....


: just one word: hope

bangun dengan tubuh lelah dan mata mengantuk selama beberapa minggu belakangan ini, saya memaksakan diri untuk beraktivitas seperti biasa, dengan harapan bisa mengembalikan energi saya lagi. tapi nyatanya tidak. saya makin kelelahan. tidak tahu kenapa. selalu tidak tahu. berusaha sebisa mungkin menyelesaikan yang bisa diselesaikan tapi tidak bisa. mencari berkeliling dan dalam diri saya, sesuatu yang bisa membuat saya bersemangat lagi. belum ketemu.

saya akhirakhir ini mencoba berharap (lagi), meski ketika saya dihadapkan pada apa yang memang jawaban dari harapan saya dulu, saya memilih untuk tidak melihat dan menutup mata saja. lebih baik agaknya, pikir saya. saya tidak siap dengan konsekuensi dari harapan yang menjelma itu. terlalu berat. saya memilih memutar dan berjalan pergi. kali ini saya tidak seperti dulu, yang bergegas menghampiri, dengan mata berbinar, menyambut uluran tangan. kali ini saya hanya memandang saja, dan membalikkan badan. maaf.

kadangkadang berharap memang terlalu berat. berharap berarti membuka hati dan siap menerima resiko apapun. saya tidak seberani itu.

i just walk away...





Friday, October 10, 2008

postcards from heaven

If you never, say goodbye
To the best thing in your life
There are things you don't appreciate
At all
So it's best that you don't try
Holding back the time
Are you ever, gonna be
Quite satisfied
Postcard from heaven
Go to where you belong
Never find the perfect situation
Till you know where your from
If you ever, say goodbye
No regrets, I won't ask why
And I wish you all the best love
In the world
Should you ever, change your mind
Holding back the sunshine
Why you ever, gonna be
Quite satisfied
Postcard from heaven
Go to where you belong
Never find the perfect situation
Till you know where your from


(lighthouse family, postcards from heaven)



Saturday, September 27, 2008

little tin soldier


Angkasa tanpa pesan merengkuh semakin dalam
Berselimut debu waktu kumenanti cemas
Kau datang dengan sederhana
Satu bintang dilangit kelam
Sinarmu rimba pesona dan kutahu tlah tersesat
Kukejar kau takkan bertepi
Menggapaimu takkan bersambut
Sendiri membendung rasa ini
Sementara kau membeku
Khayalku terbuai jauh
Pelita kecilmu mengalir pelan dan aku terbenam
Redup kilaumu tak mengarah
Jadilah diriku selatan
Namun tak kau sadari hingga kini dan nanti


(satu bintang di langit kelam, RSD)





saya langsung terpelanting jauh demi mendengar lagu ini. kemudian teringat cerita dari blog sebelah. seorang yang benarbenar merindukan seorang kawan hidup agaknya. perbincangan seperti ini memang tidak pernah terasa manis. selalu getir yang tertinggal di mulut, di ingatan, di hati. seperti halnya prajurit timah dalam cerita andersen itu, demikian halnya saya. menatap sang balerina, kemudian menatap api di perapian, menatap ruangan sekeliling saya. melihat hati saya sendiri. memang, selalu berkaitan dengan hati tidak pernah mudah. tidak pernah mekanis. tidak pernah menjadi serta merta otomatis. sedari dulu memang saya berusaha belajar untuk itu. untuk tidak menjadi mekanis, meski untuk itu selalu ada yang dipertaruhkan.


hati saya...




Tuesday, September 23, 2008

melukis pelangi hari ini



labalaba kecil bermain di bak air,
hujan turun labalaba tergelincir.
matahari bersinar dan hujan berhenti,
dan labalaba kecil mulai main lagi

a
h, hari ini saya bersenangsenang. melukis matahari, langit berwarna biru penuh biribiri. saya juga melukis pelangi. tidak dengan warna yang utuh sebagaimana seharusnya, tapi tak apa, hanya warnawarna ini yang saya punya.

yuk, melukis pelangi... ;-)





Tuesday, September 9, 2008

elegi untuk hari ini...


pagipagi tadi hujan turun. bau tanah yang saya suka. basah. meruapkan bau hidup kalau boleh saya bilang. sebagai pelengkap pagi, setelah mandi saya mendengarkan sederet lagulagunya God Bless. ah, jadulnya ya. lama sekali tidak dengar mereka. dulu saya dengar mereka lewat kaset hitam blackboard ayah saya. track yang saya pilih pagi ini damai yang hilang dan huma di atas bukit.

dasar pemilihan lagu yang salah. harusnya saya bersemangat memulai hari, malah jadi merenung. dengerin syair mereka. saya merasa duduk di tepi pantai. di pinggirannya. perbatasan antara asin air laut dan pantai. rasanya damai sekali. seperti ada sesuatu yang keluar dari diri saya. berjalan. menuju ombak yang datang. berjalan lurus terus ke dalam laut. lalu hilang.

kedamaian yang berdempet erat dengan sesuatu yang sunyi, sepi, yang nol. lagu itu dan pantai dan laut mengingatkan saya bahwa kadang kala siasia hidup di dunia seperti ini tapi sekaligus membawa saya bersyukur atas apa yang saya peroleh saat ini. sampai titik ini. sesuatu yang aneh.

ah, laut... dan kenapa saya masih saja terobsesi dengan berjalan ke tengah laut?

untuk hari berkabut, hari ini...



Saturday, September 6, 2008

currently: sunny days..

I saw a rainbow just earlier today
Lately those rainbows be comin' round like everyday
Deep in the struggle i have found the beauty of me
God is watchin and the devil finally let me be
Here in this moment to myself
I'm gonna vibe with no one else
There is a conversation i need to have with me
It's just a moment to myself

They're all lookin at you, you've got everything to lose
Get up and dance girl, sing your tu-rah-loo-rah-loo
And quit bitchin bout how don't nobody really love you
Spread your rubber lovin and it bounces back to you
Here in this moment to myself
I'm gonna vibe with no one else
There is a conversation i need to have with me
It's just a moment to myself

Flowers are bloomin under gray skies and moons
Seems like i'm winnin everytime i lose
And the answers i been looking for been here all this time
Spread my rubber lovin and everything was fine
Here in this moment to myself
I'm gonna vibe with no one else
There is a conversation i need to have with me
It's just a moment to myself


(macy gray, moment to my self)


tidak ada lagi yang saya pegang saat ini, tidak ada. saya berjalan dengan apa yang ada di tangan saya. menyusuri jalan, memunguti batu, memetik bunga untuk menghiasi hati saya. melihat sekeliling saya, apakah ada yang bisa saya bantu dengan kedua tangan saya ini. merencanakan halhal kecil yang bisa saya lakukan tanpa harus meletakkan semua beban di pundak saya. meninggalkan semua hal melelahkan di belakang saya. sudah biarkan saja terjadi, yang sudah terjadi, yang sedang terjadi, yang akan terjadi...


this is me, sunny sunny days...





Monday, September 1, 2008

biografi kehilangan...

: K


Kehilangan bagaimanapun juga tidak akan mudah untuk dibicarakan. tidak akan pernah mudah untuk apapun itu . mungkin perlu berlembarlembar penjelasan untuk menjabarkan bagaimana sebuah kehilangan memberi efek yang luar biasa bagi orang yang kehilangan itu. atau dalam kasus yang sering saya jumpai sebuah kehilangan hanya bisa dijelaskan dengan diam dan mata yang bicara. seperti malam itu. di bawah lampu di tengah riuh orang saya peluk ibu yang menutup usia anaknya itu. sebuah peluk hangat untuknya, untuk apapun yang akan ia lahirkan nanti, untuk keponakan saya yang lain lagi.



kehilangan sekali lagi memang akan terus ada sepanjang usia manusia. kemarin, sekarang, nanti; apalah bedanya. hanya perkara waktu saja. ah, saya jadi belajar untuk sekali lagi tidak berupaya setengah mampus untuk mengendalikan apa yang ada di luar saya. berusaha menyerahkan semuanya pada mekanisme alam yang sudah ada, pada daur hidup yang sudah tergelar sempurna di depan saya. kenapa saya mesti menggenggam erat sesuatu yang besok pasti akan hilang? sekuat apapun saya pegang tetap akan hilang. so, let it be...


seperti kata seorang teman di kotak surat saya ketika saya bercerita bagaimana sedihnya ini semua harus berakhir: mmmm good things come to its eventual end. udah asik kan slama di sana. move on..

sekarang semua berjalan kembali. dengan rencanarencana baru. with or without you, let's walk again...





jika menutup mata

dan menghalangi cahaya apa pun dengan tanganmu

engkau akan menemukan aku

serupa benang sengkarut dari apa yang telah kau lihat

setangkup gelap yang tak pernah kau harap

yang mungkin mengamankan engkau

dari warna dan dunia

engkau tak akan beranjak ke manapun

meski tubuhmu menyimpan kenangan

tetapi engkau bersamaku, tanpa bunga-bunga

airmata dan yang pernah berguna bagi penglihatanmu

engkau akan menemukan dirimu

dalam sebuah musim; penuh lumpur

melesap di rimbun dedaun runtuh

kehilangan mata dan tubuh

engkau akan tak tahu

matahari ataukah hujan yang kelak menguraimu

engkau akan tak dapat melihat

apa-apa yang dapat dengan jelas mereka lihat

mungkin kau akan menjadi sampah

atau bergelut dengan tanah

lantas menjadi sebatang pohon di musim berikutnya

saat itu, cinta di kedua kakimu

dan engkau tak mampu membungkuk memungutnya

tetapi engkau bersamaku: berdamai dengan ketiadaan


(sebuah tiada, dina oktaviani)






Thursday, August 28, 2008

johan nathanael



katakata tampaknya tidak mampu lagi menjelaskan apa yang saya dengar sore tadi. semua tergambar jelas dengan serta merta di depan saya. seperti peta yang digelar lebarlebar, tulisannya begitu mencolok mata dan membuat saya langsung paham dan mengerti dalam satu anggukan saja.

pengertian yang membuat saya menjadi semakin menyayanginya. ia dan juga ibunya, adalah kisah gadis penjual korek api versi dunia nyata. ia, memang tidak berjualan korek api dalam dingin, tapi ia punya banyak korek api yang dipakainya untuk menghidupkan ayah, opa, oma, keluarga yang tidak ia miliki. ia, saat ini tidak mati kedinginan, tapi saat ini tengah bermain dengan riangnya mungkin sambil bertanya kenapa perut mamaku membesar? adikkukah di dalam sana? lalu mana ayah kami? kenapa hanya mama sendiri? kenapa kami hanya tinggal di sebuah rumah yang memiliki empat kamar, bersama perempuanperempuan lain seperti mama? lalu kenapa mama tetap berada di atas panggung dengan perut besar dan membiarkan semua mata memandang tubuh mama dengan liar? saya lalu membayangkan jawaban ibu johan: johan sayang, kamu perlu makan. adik dalam perut mama perlu makan. mama juga. jadi diamlah nak. bermainlah. sekolahlah yang pintar, jadilah orang, supaya kelak kamu tidak perlu hidup lagi seperti ini.

ah, pikiran saya berlari terlalu jauh memang. seperti biasa.

satusatu aku sayang ibu, duadua juga sayang ayah, tigatiga sayang adik kakak.
satu dua tiga, sayang semuanya...



bu ita (nama saya berubah kalau dia panggil saya), aku hanya punya mama dan molly, lalu bagaimana?

mendadak semua jadi terasa ironik. lidah saya kelu seketika...



Monday, August 11, 2008

sleeps with butterflies


: i didn't say goodbye. i didn't say anything. i just walked away...
(elizabeth, my blueberry nights)


Airplanes
Take you away again
Are you flying
Above where we live
Then I look up a glare in my eyes
Are you having regrets about last night
I'm not but I like rivers that rush in
So then I dove in
Is there trouble ahead
For you the acrobat
I won't push you unless you have a net

You say the word
You know I will find you
Or if you need some time
I don't mind
I don't hold on
To the tail of your kite
I'm not like the girls that you've known
But I believe I'm worth coming home to


Kiss away night
This girl only sleeps with butterflies
With butterflies
So go on and fly then boy

Balloons
Look good from on the ground
I fear with pins and needles around
We may fall then stumble
Upon a carousel
It could take us anywhere

I'm not like the girls that you've known
But I believe I'm worth coming home to
Kiss away night
This girl only sleeps with butterflies
With butterflies
With butterflies
So go on and fly boy



(tori amos, sleeps with butterflies)


PS: kamu tahu, saya tidak pernah menyesal untuk apa yang telah terjadi selama ini. tidak pernah. saya tidak pernah menarik katakata saya yang sudah saya ucapkan kepadamu dulu. masih tetap sama. kamu tahu, saya berlalu tapi semuanya tetap. tetap..




Friday, August 8, 2008

in memoriam

Don't go far off, not even for a day, because --
because -- I don't know how to say it: a day is long
and I will be waiting for you, as in an empty station

when the trains are parked off somewhere else, asleep.



Don't leave me, even for an hour, because
then the little drops of anguish will all run together,
the smoke that roams looking for a home will drift
into me, choking my lost heart.


Oh, may your silhouette never dissolve on the beach;
may your eyelids never flutter into the empty distance.

Don't leave me for a second, my dearest,


because in that moment you'll have gone so far
I'll wander mazily over all the earth, asking,
Will you come back? Will you leave me here, dying?



(Pablo Neruda - Don't Go Far Off, Not Even For A Day)

Monday, August 4, 2008

racun dunia

bukan perempuan yg jadi racun dunia; tapi benda ini yg jadi racun dunia. tapi seperti perempuan yg dihujat sebagai racun dunia tapi nyatanya dibutuhkan juga, saya juga berlaku sama untuk benda ini. setan, untuk benda seharga 4,9 juta itu saya harus ngiler dan menghitung berapa uang yang harus dikumpulkan dan berapa jam kerja menjadi kuda besi.

memang, racun dunia!


Strawberry Fields Forever

Let me take you down, cos I'm going to Strawberry Fields
Nothing is real and nothing to get hung about
Strawberry Fields forever

Living is easy with eyes closed
Misunderstanding all you see
It's getting hard to be someone but it all works out
It doesn't matter much to me
Let me take you down, cos I'm going to Strawberry Fields
Nothing is real and nothing to get hung about
Strawberry Fields forever

No one I think is in my tree
I mean it must be high or low
That is you can't you know tune in but it's all right
That is I think it's not too bad
Let me take you down, cos I'm going to Strawberry Fields
Nothing is real and nothing to get hung about
Strawberry Fields forever

Always, no sometimes, think it's me
But you know I know when it's a dream
I think I know I mean a "Yes" but it's all wrong
That is I think I disagree
Let me take you down, cos I'm going to Strawberry Fields
Nothing is real and nothing to get hung about
Strawberry Fields forever
Strawberry Fields forever
Strawberry Fields forever

[Cranberry sauce...]



(strawberry fields forever, the beatles)



Thursday, July 31, 2008

lubang kelinci

beberapa hari ini saya menemukan mainan baru. lubang kelinci baru. bis trans jogja. sederhana sekali. ya memang sesederhana itu untuk membuat mata saya kembali bersinarsinar lagi. mencoba jalur dari taman bermain saya di selatan menuju taman bermain berikutnya di utara. tentu saja pulang malam dan masih tetap jalan kaki. tapi semua jadi terasa menyenangkan. semua jadi berasa matahari. duduk di kursi empuk dengan ac kencang (satusatunya yang membuat saya harus menyembunyikan kaki di bawah kursi dan merapatkan jaket), tapi toh tidak mengurangi antusiasme saya menjelajahi lubang kelinci baru ini. taruhan perut kembung dan masuk angin memang sudah masuk ke dalam agenda ketika memutuskan untuk mencoba menjelajahi mainan baru ini.

saya benarbenar menikmati berjalanjalan seperti ini. melihat setiap perhentian (pegawai trans menyebutnya
shelter) dan mengamati setiap orang yang keluar dan masuk. mencermati jalanan. melihat lampulampu di sepanjang jalan. menatap diri saya di kaca jendela. saya menemukan seseorang dalam kaca dengan wajah lelah tapi matanya berkilat, menikmati jalanjalan kecil ini. seseorang dalam kaca yang balas tersenyum kepada saya dan matanya mengatakan bahwa saya bisa menikmati semuanya ini dan melupakan sejenak apa yang ada di luar lubang kelinci.

cukup untuk hari ini... ;-)


Tuesday, July 29, 2008

yang tercecer dari folder lama

Apa artinya sepotong rindu?

Sepotong rindu bagaikan sembilu yang mengiris urat nadiku. Sampai putus. Tus!

Darah berceceran. Terserak.

Warna merah memenuhi udara yang kemudian menjadi semarak. Semarak

yang amis.

Apa artinya sepotong rinduku padamu?

Mungkin seperti laut yang memanggil sungai pulang menuju muara. Berseruseru tanpa lelah.

Mungkin seperti langit yang hanya menghabiskan waktunya menatap matahari. Mungkin.

Mungkin seperti bulan pucat yang mewarnai langit

Mungkin seperti suara bayi ketika lapar akan susu ibunya

Mungkin..


saya menemukan lariklarik tulisan di atas dari folder lama. memang ya, setan badai ingatan susah sekali dibendung.

whoaahhh!!! tarik napas panjang ya...



Monday, July 28, 2008

let it be my dear,... let it be...

When I find myself in times of trouble
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be.
And in my hour of darkness
She is standing right in front of me
Speaking words of wisdom, let it be.
Let it be, let it be.
Whisper words of wisdom, let it be.



And when the broken hearted people
Living in the world agree,
There will be an answer, let it be.
For though they may be parted there is
Still a chance that they will see
There will be an answer, let it be.
Let it be, let it be. Yeah
There will be an answer, let it be.



And when the night is cloudy,
There is still a light that shines on me,
Shine on until tomorrow, let it be.
I wake up to the sound of music
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be.
Let it be, let it be.
There will be an answer, let it be.
Let it be, let it be,
Whisper words of wisdom, let it be


(let it be, the beatles)


itu adalah salah satu lagu legendaris kesayangan saya. yang selalu saya nyanyikan untuk menyemangati diri saya ketika sejuta setan badai datang seperti ini. lagu yang membuat saya menggenggam erat tangan sesuatu yang tidak terlihat tapi saya tahu memiliki daya yang sangat besar untuk membantu saya menopang tubuh saya yang doyong ini.


let it be...


jumat lalu saya menonton across the universe (lagi). film yang dibuat berdasarkan lagulagu the beatles. saya tidak bisa lepas dari layar besar di hadapan saya. terpaku. lagu iu diperdengarkan lagi. scene seorang bocah kulit hitam berada di tengah kerusuhan, perang (?). dia duduk menyandar di sebuah mobil, bersembunyi dan menyanyikan lagu itu.


let it be... let it be... let it be...


mata saya sontak panas. berkacakaca dan basah. berderaiderai tanpa suara. scene berganti di sebuah gereja, kebaktian menjelang pemakaman si bocah yang ternyata mati. jemaat menyanyikan lagu itu. saya juga. saya ingin berdiri. merentangkan tangan, menyanyi keras, bertepuk tangan.


speaking words of wisdom, let it be...


saya pulang dengan menyenandungkan lagu itu sepanjang jalan. pelan. menenangkan perasaan. menidurkan badai.


there will be an answer, let it be...



Friday, July 18, 2008

abi si hidung kancing dan sepasang sepatu merah muda milik rossa


ketika melihat dua foto ini, saya lantas bertanya pada diri saya: apa yang sedang dilihat abi si hidung kancing dan apa saja yang sudah dilalui sepasang sepatu merah muda itu. dunia dari mata si hidung kancing yang masih berumur 2 tahun 6 bulan dan sepasang sepatu merah muda milik rossa. saya terkadang belajar dari si hidung kancing ini bahwa segala sesuatu hal meskipun yang paling kecil sekalipun merupakan hal yang sangat berharga meski itu hanya labalaba semak biru, huga buga huga, hoik hoik hoik, dan ransel ransel ransel.

yup, berharga...


burung pipit yang kecil dikasihi Tuhan,
terlebih diriku dikasihi Tuhan.

bunga bakung di padang, diberi keindahan,
terlebih diriku dikasihi Tuhan.

bunga yang besar kecil, sungguh indah warnanya
pasti tak terlupa oleh penciptanya.


ah,lagu sekolah minggu masa kecil saya..


Sunday, July 13, 2008

you can erase someone from your head, but make them out from your heart is another story...

:love is so short, but forgetting is so long... (neruda)

Love is real, real is love
Love is feeling, feeling love
Love is wanting to be loved


Love is touch, touch is love
Love is reaching, reaching love
Love is asking to be loved


Love is you
You and me
Love is knowing
We can be


Love is free, free is love
Love is living, living love
Love is needing to be loved



(love, john lennon)


Sunday, July 6, 2008

black bird



Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise.

Blackbird singing in the dead of night
Take these sunken eyes and learn to see
All your life
You were only waiting for this moment to be free.

Blackbird fly Blackbird fly
Into the light of the dark black night.

Blackbird fly Blackbird fly
Into the light of the dark black night.

Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise
You were only waiting for this moment to arise
You were only waiting for this moment to arise.


: untuk jiwa marah nun jauh di dalam sana. tidurlah... tidurlah...


(black bird, the beatles)


tentang segala hal yang berhubungan dengan menikah dan pernikahan

Memasuki usia siap nikah a.k.a. sudah tua seperti saya dan masih tinggal dengan keluarga bukan merupakan hal yang mudah. Apalagi dengan keluarga besar model keluarga saya, yang masih condong ke ultra konservatif dan lingkungan tempat tinggal yang kadangkadang usil bertanya. Susah. Pembicaraan mengenai “sudah ada pandangan belum?” (pandangan apa coba?), “kapan giliranmu?”, dll. Segala pertanyaan klasik yang sudah bisa ditebak kemana arahnya. Ah, malas.

Dua hari ini, bulik saya datang dari Madura (seorang sahabat, ngekek ketika saya cerita bahwa bulik saya datang dari sana. Jauh banget, bo katanya). Bulik saya ini, yah seperti biasa adalah model ibuibu kebanyakan. Bangga banget dengan anaknya yang sekarang menjadi pegawai tidak tetap sebuah instansi pemerintah (saya maklum, mana ada to seorang ibu yang tidak bangga pada anaknya?), kemudian bercerita macammacam mengenai anaknya tersebut. Cerita bahwa kelak mungkin anaknya akan diangkat menjadi PNS. Itu akan membuatnya tenang akan masa depan sepupu saya itu. Masa tuanya terjamin. Setelah nanti lumayan mapan, mungkin akan dicarikan jodoh dan menikah. Saya hanya nyengir. Linear ya? Batin saya.

Kemudian bulik bertanya kepada saya, apa pekerjaan saya, berapa penghasilan saya, rencana ke depan bagaimana, sudah ada calon belum, kapan menikahnya, bla bla bla.. cengiran saya sudah seperti kuda beranak, benarbenar sudah tidak enak. Akhirnya saya jelaskan bahwa saya kerja ini itu, bergiat di sini di situ. Bahwa saya tidak punya rencana menikah. Kalau ketemu jodoh dan memungkinkan ya menikah, tapi kalau tidak ya tidak saja. Toh menikah bukan mainan. Masa saya harus menikah hanya untuk memenuhi kewajiban sosial saja. Yang benar saja ya. Saya tidak mau menciptakan neraka untuk yang kedua kalinya dalam hidup saya. Satu saja sudah cukup. Saya tidak mau menciptakan monster yang sama dengan yang ada sekarang ini. saya tidak mau ada makhluk yang hanya half empty dan half full lagi. Saya belajar banyak dari apa yang sudah saya alami selama ini. pernikahan bapak dan ibu saya, keluarga saya, diri saya sendiri. No more frankenstein.


Saya pernah bilang ke ibu saya, kalau saya tidak ada rencana menikah dan berkeluarga ke depannya. Ibu saya memandang saya dengan sedih. Ia selalu bilang saya belum bertemu dengan jodoh, dengan orang yang tepat, masa semua lakilaki seperti ayah saya, pasti ada yang tidak. Saya balik memandangnya dengan pandangan berkabut –agaknya- dan tersenyum “sudahlah bu relakan saja ya, toh segi positifnya aku bisa menemanimu sampai akhir nanti”. Sesudah itu kami tidak membicarakan masalah itu lagi. Tapi saya tahu, ia kuatir dan sedih. Dengan berat hati saya mengecewakannya. Saya tahu. Maafkan saya.


Pertanyaanpertanyaan seperti itu memang sangat mengganggu saya tapi saya sekarang ini tidak terlalu ambil pusing dengan itu semua. Saya tinggal tersenyum dan mengatakan bahwa saya belum mikir soal menikah dan tidak ada rencana untuk itu. Biasanya, mereka (keluarga dan tetangga) yang bertanya hanya memandang saya dengan pandangan kasihan. Ah, pandangan yang saya tidak suka. Dikasihani. Saya tidak peduli. Saya berlalu saja. Dan pembicaraan seperti itu berhenti.

Yang belum bertanya adalah ayah saya. Aneh bagi saya mengingat dia selalu ingin mengatur semuanya. Mungkin ia tahu bahwa ia sudah tidak bisa lagi meminta saya mengikuti maunya. Ya, agaknya memang itu. Dia tidak pernah bertanya mau kemana saya, apa yang saya cari, bagaimana masa depan saya. Meski saya tahu di belakang saya, ia selalu membicarakannya dengan keluarga besar saya yang lain. Sekali lagi saya tidak peduli. Saya sudah diam sejak lama. Saya tidak mau lagi diatur. Saat ini saya memang berkompromi tapi bukan untuk diatur lagi. Agaknya ia tahu itu dan tidak ikut campur hidup saya lagi. Sedikit demi sedikit.


Kali ini saya tidak berusaha melawan pertanyaanpertanyaan itu. Tidak lagi marah dan melawan dengan frontal. Tidak lagi dengan garis keras seperti kebiasaan saya dulu. Tapi kali ini dengan siasat. Saya belajar bahwa melawan kekerasan dengan kekerasan tidaklah ada gunanya. Menghabiskan energi. Meski demikian energi kemarahan saya memang belum habis atau memang tidak habis. Itu mungkin salah satu yang membentuk saya. Hingga saya sampai kepada bentuk saya saat ini.


Toh kalau pertanyaanpertanyaan tentang kehidupan sosial seperti itu muncul lagi dan pasti akan gencar mengingat sepupu saya akan lamaran, sahabat karib saya akan tukar cincin dan adik saya sendiri juga akan naik ke tahap serius dengan pasangannya, saya hanya akan memaklumi karena itu bagian dari proses dan usia juga. Wis wayahe kalau orang Jawa bilang. Jadi kenapa harus repot dan sewot?


Menikah itu baik, tapi tidak untuk saya... itu katakata siapa ya? Saya lupa. Saya pernah baca di sebuah buku. Somewhere. Hmm... benar..


06. 07. 08 12.01...

Thursday, June 19, 2008

lunatic

I.
bumi mengira ia adalah anak yang paling berbahagia di seluruh dunia. Memiliki ayah dan ibu yang mencintainya serta rumah yang hangat dan menyenangkan adalah sesuatu hal yang lebih dari cukup untuk membahagiakannya. Tapi ternyata semua tidak seperti yang disangkanya. Neraka itu mulai terjadi. Ayahnya ternyata mulai melakukan kekerasan fisik, seksual dan psikologis terhadap ibunya. Semua berawal dari usia Bumi yang kelima. Saat itu ia merasa ada semacam ketegangan di rumah mereka. Ayahnya mulai bersikap kasar terhadap ibunya. Memukul, menampar dan memaki ibunya jika ibunya tidak berbuat seperti apa yang diperintahkan oleh ayahnya. Katakata kasar, sumpah serapah berhamburan. Suatu kali, saat itu Bumi yang masih berusia enam tahun, tengah malam terbangun dan mendengar ibunya menangis. Kenapa ibu menangis? Ia kemudian mencari tahu. Ibu berada di dalam kamar sedang bersama dengan ayahnya. Dari celah pintu yang terbuka, Bumi melihat ke dalam, dan dilihatnya ibunya sedang melakukan hubungan seksual dengan ayahnya. Wajah ibu lebamlebam dan berdarah. Ibu menangis. Ibu kesakitan. Tapi ayahnya tidak peduli. Bumi tidak mengerti. Ayahnya sudah berubah menjadi monster mengerikan.


Sejak saat itu kekerasan selalu terjadi. Bumi pun juga mengalaminya. Ayah sering memukulnya jika ia tidak menurut. Seperti saat ia pulang sekolah terlambat, ia mendapatkan amarah ayahnya. Bumi mencoba menjelaskan alasannya bahwa ia pulang terlambat karena mengerjakan tugas terlebih dahulu di rumah salah seorang temannya tapi ayahnya tidak mau tahu. Dan halhal seperti itu sering terjadi.

Kesendirian, tanpa teman, kekerasan yang dilihat dan dialaminya membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang tertutup, penyendiri, tidak mudah percaya pada orang dan pemurung. Ia ingin seperti anakanak lain. Bermain bebas dan tidak dikungkung oleh ayah yang tiran seperti itu. Yang paling menyedihkan baginya adalah: melihat ibunya mengalami kekerasan itu hampir setiap hari. Ia mendengar ibu menangis lirih di sebelahnya ketika ia sedang tidur. Ia mendengar ibu bicara sendirian pada bungabunga di kebun. Kenapa ibu tidak pergi saja? Demikian tanyanya suatu kali. Ibu menggeleng. Kamu butuh ayah, jawabnya. Aku tidak butuh ayah seperti itu, bantah Bumi. Sudahlah nak, biarkan saja semuanya seperti ini, tegas ibu. Bumi marah. Kenapa ibu seperti itu? Kenapa?! Kenapa ayah seperti itu?

Kemudian perlahan, Bumi mulai menciptakan dunianya sendiri. Dunia dimana tidak ada kekerasan dan ayahnya sama sekali. Ia mulai menciptakan saudara khayalan. Ara. Ara seusia Bumi. Ara cantik. Ara pintar. Ara selalu melawan ayah ketika ayah mulai memukuli ibu. Ara selalu menenangkan Bumi dan memberi keberanian untuk melawan ayah. Bumi sangat mencintai Ara. Ara adalah tumpuannya. Ara hebat. Ara tidak pernah takut menentang ayahnya. Dunia bersama Ara sangat menyenangkan. Tapi semakin lama, Bumi semakin terdominasi oleh Ara. Ara semakin berkuasa. Ia semakin sering mengambil alih Bumi. Semua Ara. Bumi tidak bisa menghalanginya. Ia sangat mencintai Ara. Tanpa Ara ia tidak akan bisa bertahan menghadapi neraka ini.

Ternyata kiamat itu ada. Kiamat datang ketika ibunya memutuskan untuk bunuh diri. Peristiwa itu terjadi ketika Bumi berusia 10 tahun. Saat itu, ia dan ibu berlibur ke Parangtritis. Menginap di rumah simbah. Suatu malam, ketika itu Bumi sudah tidur, ibu pergi ke pantai. Ibu tidak tahu kalau Bumi mengikutinya. Bumi terjaga dan menemukan ibu tidak ada di sisinya. Kemudian ia mencari ibu dan menemukan ibu sedang berjalan menuju pantai. Kenapa malammalam begini ibu pergi ke pantai? Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat ibu berjalan ke arah laut tanpa menghiraukan gelombang pasang waktu itu. Bumi mencoba mengejar ibu, tapi semua terlambat. Ibu sudah masuk ke dalam gelombang dan hilang.


II.

sejak saat itu dendamnya terhadap ayahnya membara. Ia akan membalas semua perlakuan ayahnya itu. Pasti. Ara setuju. Ara memberi usul bagaimana kalau Bumi membunuh ayahnya. Bumi berpikir: membunuh ayahnya? Tidakkah itu dosa? Dia seorang ayah. Jawab Ara, ia yang menyebabkan ibu masuk ke dalam laut. Ia yang memukuli ibu. Ia yang memperkosa ibu.

Pergulatan panjang dan adu pendapat antara Ara dan Bumi untuk mematangkan rencana pembunuhan itu berjalan kirakira 3 tahun. Dan rencana itu akhirnya dijalankan. Bumi dan Ara merancang sebuah peristiwa kebakaran yang kemudian ayah terbakar di dalamnya. Ayah dikunci di ruang kerjanya ketika sedang mabuk dan mereka kemudian membakar rumah dan segala isinya.

Para tetangga menemukan Bumi tertegun memandang rumahnya dan tidak mampu bicara sepatah katapun. Ia terlalu gembira untuk bisa mengungkapkannya. Polisi yang mengusut kejadian tersebut dan mencurigai bahwa Bumi terlibat di situ. Tapi penyelidikan tidak dilanjutkan karena menurut psikolog, Bumi memiliki kelainan jiwa. Dia tidak bisa dihukum. Kemudian Bumi dibawa ke rumah sakit jiwa dan dirawat di sana.


III.

setelah satu tahun tinggal di rumah sakit jiwa, Bumi merasa hidupnya sebenarnya sudah selesai. Bahkan hidupnya sudah selesai semenjak ia memutuskan membunuh ayahnya. Lalu untuk apa ia hidup jika semuanya sudah selesai seperti ini? Ara tidak lagi bersahabat dengannya. Ia hanya menyalahkan Bumi. Bukankah ia yang punya ide membunuh ayah? Memang mereka berdua yang bersama melakukannya, tapi kenapa Ara meletakkan semua tanggung jawab hanya pada Bumi? Ara menjadi kian mendominasi. Ia muak. Ia tidak mau didominasi lagi. Lagipula untuk apa hidup? Kemudian, ia merencanakan sebuah pembunuhan. Atas dirinya. Kali ini Ara protes keras. Kalau Bumi mati, dia otomatis juga mati. Tidak. Ara masih mau hidup. Tapi Bumi tidak mau hidup. Cukup.

akhirnya dokter mengijinkan ia keluar. Ia akan tinggal bersama simbah di parangtritis. Satu tahun. Dan rencana itu kian matang dari hari ke hari. Pemikiran itu menghantuinya. Hidupnya sudah selesai. Ia mau seperti ibu. Masuk ke laut dan hidup abadi di laut. Bumi mau bertemu ibu. Dan terjadilah, ia akhirnya berjalan masuk ke laut.


PS: ini hanyalah sebuah desain cerita yang saya buat untuk kelas menulis saya. memang hanya itu. tapi yang membuat saya tertegun adalah apa yang tersembunyi dari yang telah saya tulis itu. ketika hidup sudah selesai dan tidak ada lagi yang perlu dipertahankan, untuk apa melanjutkannya? lebih baik ditutup dan selesai. saya tertegun. ternyata itu premis tersembunyinya. mentor saya menatap saya dan saya menatapnya, tertegun.

ah, tampaknya saya harus menabung keberanian dan keyakinan bahwa hidup saya belumlah selesai. iya...