Tuesday, February 10, 2009

........



Dear Ka,


Kau merasa kosong bukan hari ini? Hari ini kau menangis lagi kan? Sama seperti harihari sebelumnya. Aku tahu. Di kamar mandi lagi. Sambil berjongkok. Atau di dalam kamar, sambil memeluk lututmu. Kenapa lagi sekarang? Masih kah sama? Kau merasa kosong. Ya. Itu masalahmu sejak dari dulu. Berapa kali sudah kukatakan kepadamu, bahwa semuanya datang dari dalam dirimu sendiri. Kau memikirkan banyak hal. Terlalu banyak. Segala hal berputar dalam kepalamu, menyumbat akal sehatmu. Bertahun-tahun aku melihatmu seperti ini. Sejak kau kecil. Tidakkah kau lelah dengan mata bengkakmu itu setiap kali selesai menangis dan tidur kelelahan karenanya?


Apa yang kau cari sebenarnya? Bukankah kau sudah mendapatkan segala yang kau inginkan? Hidupmu tidak berlebihan, kau sering kekurangan bahkan, tapi kau selalu bisa menyelesaikannya dengan cara yang kadang bahkan tidak kau mengerti. Kau mempunyai pekerjaan yang menyenangkan, mengajar anakanak dan kau sangat menikmatinya. Kau memiliki kawankawan yang baik dan setia. Kau memang tidak punya banyak teman, apa mau dikata, kau adalah kau. Penyendiri. Tapi itu cukup kan? Kawankawanmu itu. Mereka ada ketika kau membutuhkan mereka. Meski kau jarang mengatakan kepada mereka kalau kau membutuhkan mereka. Kau selalu diam. Aku tahu kau ingin punya banyak kawan tapi sudahlah terima saja dengan kawankawanmu yang sedikit itu toh untuk apa memiliki banyak kawan jika itu hanya sebatas permukaan saja? Kau sendiri tidak suka itu. Lalu mengapa kau menginginkan itu? Cukupkan dirimu dengan dirimu dan segala yang kau punya.


Lalu mengapa kau masih saja merasa kosong? Merasa tidak bahagia. Merasa ada sesuatu yang tidak pernah lengkap. Kenapa kau selalu saja tidak pernah merasa aman? Lihat kau menjejalkan segala hal ke dalam lubang kosong itu. Bajubaju yang kau beli, bukubuku yang kau baca, segala kisah yang kau karang sedemikian rupa sehingga orang yang mendengarnya merasa bahwa kau adalah seorang yang bahagia dan yakin dengan dirimu, pekerjaan yang tiada henti kau kerjakan, kesibukan yang kau rekareka, pikiran yang selalu penuh dan tidak pernah kau biarkan kosong, orangorang yang kau pikir bisa kau cintai dan mencintaimu, lakilaki yang meninggalkanmu, kenangan yang masih saja menggelayutimu, seks yang sangat kau candu, kemarahan membabi buta, cinta yang tidak bisa pergi, khayalankhayalan yang tidak pernah jelas, filmfilm yang kau tonton, tulisantulisan yang tidak pernah selesai, mimpimimpi yang berlari sementara kau kebingungan di sini mencari jalan untuk mengejarnya, pikiranpikiran gelap, puisipuisi yang kau baca, kawan berjaga khayalan yang hidup dalam kepalamu: semua kau jejalkan ke dalam lubang untuk mengisi kekosongan dalam dirimu. Pikirmu itu mampu menambal lubang itu. Tapi kenyataannya? Tidak bukan. Kau tetap menganga. Lalu bagaimana sekarang?


Apa yang kau cari? Kau tidak tahu. Kau tidak yakin. Beginilah sekarang. Kau mayat hidup. Kau robot dengan dua biji mata dalam kelopak mata bengkak kebanyakan menangis. Kemana perginya segala harapan dan keyakinan yang dulu sewaktu kecil kau pegang? Kemana perginya kau yang bersemangat? Apakah seiring dengan bertambahnya usia dan berjalannya waktu kau menjadi seperti ini? Ya, kau tidak tahu. Bukankah kebahagiaan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengusir kekosongan? Happiness is a warm gun. Seharusnya.


Berhentilah berusaha untuk mencapai semuanya. Tidak ada yang memaksamu untuk mencapai sesuatu setinggi itu. Tidak ada yang akan menghinamu kalaupun kau hanya berakhir menjadi guru anakanak kecil seperti yang kau jalani saat ini. Jangan kuatir. Aku tahu semua kekuatiranmu. Aku tahu. Aku tahu semua yang kau takutkan. Aku paham itu. Aku mendengarkanmu, kau tahu. Sekarang dengarkan aku: lepaskan genggaman tanganmu, biarkan semua berjalan apa adanya. Biarkan dirimu menjadi dirimu. Cukupkan dirimu dengan apa yang kau punya. Kau tidak punya banyak tapi itu yang kau punya. Jadi cukupkan dengan itu.


Aku tidak tahu apakah kekosongan itu akan menutup. Aku tidak tahu. Tapi aku yakin kau bisa berdamai dengan segala kekosongan itu. Entah kapan. Entah. Kau harus berjuang. Kau harus menyelesaikan ini. Menyelesaikan masalah dengan dirimu. Kau dan dirimu harus segera berekonsiliasi. Harus mencapai kesepakatan. Kau tidak bisa memerangi dirimu. Ia dirimu. Betapapun kau benci padanya, ia ada dalam dirimu. Kau tidak bisa menukarnya menjadi diri orang lain. Ia sayang padamu dan menunggumu untuk menyayanginya juga. Menerimanya apa adanya. Kau tahu semuanya sebenarnya.


Jadi kembalilah tersenyum. Kembalilah berharap—kau tahu tidak ada salahnya berharap. Kekecewaan memang akan memukulmu jika harapan menguap begitu saja, tapi ya memang seperti itu. Tidak ada yang salah dengan kecewa. Cobalah. Ya. Ya. Kau sering kecewa. Tapi cobalah sekali lagi. Sekali lagi berharap, mungkin kali ini semuanya akan berbeda. Berharaplah.


Berjanjilah kepadaku untuk tersenyum ya. Dengan mata dan hatimu juga. Aku mencintaimu.


Bissou,


Ibu angsa




ada gadis kecil diseberangkan gerimis

di tangan kanannya bergoyang payung

tangan kirinya mengibaskan tangis—

di pinggir padang ada pohon dan seekor burung

(gadis kecil, SDD, 2001)


Nah gadis kecil, tertawalah...


07.02.09, 23.16...




No comments: