lone star where you out tonight?
this feeling i'm trying to fight
it's dark and i think i would give anything
for you to shine down on me
how far you are i just don't know
the distance i'm willing to go
i pick up the stone that i cast to the sky
hoping for some kind of sign
(lone star, norah jones)
Friday, April 25, 2008
while you are here
menonton film ini tadi malam, serasa menampar wajah saya sendiri. wajah saya jadi panas, mata saya juga. saya merasa ada di sana juga.
adalah george, seorang lakilaki tua yang hidup sendiri di apartemennya. berteman dengan bukubuku dan kumpulan foto masa lalunya. sesekali, ia menggunakan jasa sebastian, seorang pelacur lakilaki untuk menyalurkan hasratnya. cerita menjadi lebih kompleks ketika george membawa masuk serta perasaannya ke dalam hubungan mutual di antara mereka. bukan lagi uang dan kesenangan karena ketegangan dilepaskan, tapi lebih dari itu. perasaan kesepian yang sedikit terobati dengan kedatangan sebastian ke dalam rumah keongnya itu. meski selama beberapa jam saja.
maka ketika si pelacur kesayangan berkata ingin menginap barang semalam, meledak gembiralah si pak tua. menjadi sangat bergairah. perasaan bergairah karena ada seseorang tidur di sampingnya, ada seseorang dengan ceritacerita spontan dan konyol menyemarakkan hariharinya, ada seseorang yang bercerita bahwa makan roti dan selai dan minum jus jeruk sekaligus akan terasa seperti makan brokoli. setelah itu tertawa berderaiderai.
tapi ternyata memang semuanya berubah menjadi semakin ruwet ketika sebastian meninggalkannya. see you soon, demikian tulis sebastian di selembar kertas ketika george tidur, lalu pergi. selesai. si lakilaki tua sendiri lagi dengan dunianya.
ada halhal sederhana dan lucu tapi sekaligus membuat trenyuh bagi saya. saya melihat bagaimana george dengan sangat senang dan bersemangat pergi berbelanja. menyiapkan makan malam lengkap, mengingat ulang tahun sebastian yang belum tiba, membuat kue. semua hal yang menurut saya konyol dan pathetic tapi entah kenapa kali ini saya memakluminya. bukankah semua orang memang sontak menjadi konyol dan menyedihkan jika bersinggungan dengan halhal semacam itu? semua menjadi tidak bisa dipegang dan dikendalikan.
ketika sebastian ada di sana, saya merasa george seperti menemukan sesuatu yang menjadikan hidupnya lebih berwarna. demikian pula sebastian, ia seperti menemukan sebuah tempat untuk berteduh. seperti kapal yang menemukan pelabuhan dan akhirnya melemparkan jangkar untuk beberapa saat. meski akhirnya ia pergi. menarik jangkarnya. beberapa kali ia menceritakan pengalaman masa lalunya kepada george dan george hanya mendengarkan. tentang pertanyaannya mengenai kematian, tentang lakilaki yang sekarat, tentang seorang lakilaki yang telah lama tidak ditemuinya -lebih dari 13 tahun yang lalu. tentang semua yang ada di kepalanya.
jangkar, kapal dan pelabuhan. setiap orang agaknya memang akhirnya membuang jangkarnya dan merapat di pelabuhan. saya memandangnya sebagai sebuah kebutuhan. merapat dan berlabuh, tidak peduli sependek apapun waktunya. detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun. apalah waktu itu, demikian seorang teman berkata. ya apalah waktu itu. menikmati adalah yang terpenting, agaknya. tanpa berpikir mengenai ini dan itu. membiarkan semuanya mengalir dengan sendirinya.
selagi kau ada di sini bersama saya. saya menikmatinya...
sebastian: don't you mind to live alone all this time?
george: (diam)
george: come with me...
sebastian: (diam, menatap george)
adalah george, seorang lakilaki tua yang hidup sendiri di apartemennya. berteman dengan bukubuku dan kumpulan foto masa lalunya. sesekali, ia menggunakan jasa sebastian, seorang pelacur lakilaki untuk menyalurkan hasratnya. cerita menjadi lebih kompleks ketika george membawa masuk serta perasaannya ke dalam hubungan mutual di antara mereka. bukan lagi uang dan kesenangan karena ketegangan dilepaskan, tapi lebih dari itu. perasaan kesepian yang sedikit terobati dengan kedatangan sebastian ke dalam rumah keongnya itu. meski selama beberapa jam saja.
maka ketika si pelacur kesayangan berkata ingin menginap barang semalam, meledak gembiralah si pak tua. menjadi sangat bergairah. perasaan bergairah karena ada seseorang tidur di sampingnya, ada seseorang dengan ceritacerita spontan dan konyol menyemarakkan hariharinya, ada seseorang yang bercerita bahwa makan roti dan selai dan minum jus jeruk sekaligus akan terasa seperti makan brokoli. setelah itu tertawa berderaiderai.
tapi ternyata memang semuanya berubah menjadi semakin ruwet ketika sebastian meninggalkannya. see you soon, demikian tulis sebastian di selembar kertas ketika george tidur, lalu pergi. selesai. si lakilaki tua sendiri lagi dengan dunianya.
ada halhal sederhana dan lucu tapi sekaligus membuat trenyuh bagi saya. saya melihat bagaimana george dengan sangat senang dan bersemangat pergi berbelanja. menyiapkan makan malam lengkap, mengingat ulang tahun sebastian yang belum tiba, membuat kue. semua hal yang menurut saya konyol dan pathetic tapi entah kenapa kali ini saya memakluminya. bukankah semua orang memang sontak menjadi konyol dan menyedihkan jika bersinggungan dengan halhal semacam itu? semua menjadi tidak bisa dipegang dan dikendalikan.
ketika sebastian ada di sana, saya merasa george seperti menemukan sesuatu yang menjadikan hidupnya lebih berwarna. demikian pula sebastian, ia seperti menemukan sebuah tempat untuk berteduh. seperti kapal yang menemukan pelabuhan dan akhirnya melemparkan jangkar untuk beberapa saat. meski akhirnya ia pergi. menarik jangkarnya. beberapa kali ia menceritakan pengalaman masa lalunya kepada george dan george hanya mendengarkan. tentang pertanyaannya mengenai kematian, tentang lakilaki yang sekarat, tentang seorang lakilaki yang telah lama tidak ditemuinya -lebih dari 13 tahun yang lalu. tentang semua yang ada di kepalanya.
jangkar, kapal dan pelabuhan. setiap orang agaknya memang akhirnya membuang jangkarnya dan merapat di pelabuhan. saya memandangnya sebagai sebuah kebutuhan. merapat dan berlabuh, tidak peduli sependek apapun waktunya. detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun. apalah waktu itu, demikian seorang teman berkata. ya apalah waktu itu. menikmati adalah yang terpenting, agaknya. tanpa berpikir mengenai ini dan itu. membiarkan semuanya mengalir dengan sendirinya.
selagi kau ada di sini bersama saya. saya menikmatinya...
sebastian: don't you mind to live alone all this time?
george: (diam)
george: come with me...
sebastian: (diam, menatap george)
Sunday, April 13, 2008
the suicidal mind
i'm giving up. i want it to be over. i don't expect any miracle anymore. the swelling and the fevers just get me down... and then i'd just like to go. to sleep and die. i'm just tired. i woke up this morning. i was really frightened. i was saying, dear God, dear God, what i'm going to do? dear God, dear God, doesn't answer... if there was a way i could end it now, i would do that.
(an account of pain by a young man dying of aids)
there was no peace to be found. i had done all i could and was still sinking. i sat many hours seeking answers and there was a silent wind and no answers. the answers was clear. die. i didn't sleep. the dreams were reality and reality dreams. my will to survive and succeed had been crushed and defeated. i was like a general alone on a battlefield being encroached upon by my enemy and its hordes: fear, hate, self-depreciation, desolation. i felt i had to have the upper hand, to control my destiny, so i thought to die rather than surrender. destiny and reality began to merge. those around me where as shadows, bare apparitions, but i was not actually conscious of them, only aware of my self and my plight. death swallowed me long before i pulled the trigger. i was locked within myself. the world through my eyes seemed to die with me. it was like i was to push the final button to end this world. i committed myself to the arms of death. there comes a time when all things cease to shine, when the rays of hope are lost. i placed the gun to my head.
(suicide note of Castro Reyes)
mereka adalah saya. saya ada dalam diri mereka. begitu dekat. been there...
(an account of pain by a young man dying of aids)
there was no peace to be found. i had done all i could and was still sinking. i sat many hours seeking answers and there was a silent wind and no answers. the answers was clear. die. i didn't sleep. the dreams were reality and reality dreams. my will to survive and succeed had been crushed and defeated. i was like a general alone on a battlefield being encroached upon by my enemy and its hordes: fear, hate, self-depreciation, desolation. i felt i had to have the upper hand, to control my destiny, so i thought to die rather than surrender. destiny and reality began to merge. those around me where as shadows, bare apparitions, but i was not actually conscious of them, only aware of my self and my plight. death swallowed me long before i pulled the trigger. i was locked within myself. the world through my eyes seemed to die with me. it was like i was to push the final button to end this world. i committed myself to the arms of death. there comes a time when all things cease to shine, when the rays of hope are lost. i placed the gun to my head.
(suicide note of Castro Reyes)
mereka adalah saya. saya ada dalam diri mereka. begitu dekat. been there...
Tuesday, April 8, 2008
Monday, April 7, 2008
happy 27, ka...
jiwajiwa marah dan terluka, beristirahatlah dalam tenang. jiwa murung dan berbeban, beristirahatlah dalam damai. beristirahatlah dalam taman bunga yang tak pernah terjamah siapapun. istirahatlah dalam ketenangan. kesendirian. semoga tenang dimanapun dirimu berada. lepaskan semua ingatan. lepaskan semua yang membelenggu. lepaskan rantai di kakimu. lepaskan pelukan pada masa yang ada di belakangmu. pergilah dalam damai.
my soul, my angry soul, may you rest in peace. amen...
my soul, my angry soul, may you rest in peace. amen...
Subscribe to:
Posts (Atom)