He fills world with fantasy
There is no fence to hold me
My realm the sky, the air, the sea
While his broad arms enfold me.
I swing on the rim of the rainbow
I steal moondust to tint the dawn sky
I fill up my pockets with embryo stars
Stole from my true lover’s eye.
He gave to me Aladdin’s lamp
And polish-cloth so fine
And now I have my wishes three
He’s mine, forever, mine.
So I swing on the rim of the rainbow
Stealing moondust to tint a dawn sky
And I fill all my pockets with embryo stars
Stole from my true lover’s eye
Stole from my true lover’s eye.
:saya dapatkan ini dari sebuah buku yang tidak begitu jelas judulnya untuk saya. saya tidak begitu memperhatikannya. kisah seorang gadis pergi ke kota besar untuk menemukan dirinya dan apa yang ia mau. kisah klasik ya.
untuk perasaan aneh yang saya dapat dan saya bisa jujur mengatakannya serta menjadi diri saya sendiri. lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Saturday, September 26, 2009
Wednesday, September 9, 2009
sore itu...
Saya sedang berbaring membaca buku. Sebuah pertanyaan dari manusia di sebelah saya membuat saya terbengong. Tidak menyangka bahwa saat seperti ini akan sampai juga kepada saya.
Manusia undurundur:
Jika manusia undurundur itu ada di sampingmu, kamu akan menanyakan apa kepadanya?
Saya belum tersadar sepenuhnya. Diam, tapi mata saya masih terpaku pada hurufhuruf yang ada dalam buku. Konsentrasi saya pecah sudah.
Saya:
Apa?
Saya tidak berani mengalihkan mata saya dari buku yang saya baca. Saya dengar ia tertawa. Tawa yang membuat saya tidak tenang.
Manusia undurundur:
Kamu belum jawab pertanyaanku tadi. Kalau manusia undurundur yang ada dalam ceritamu itu ada di sini, kamu mau apa?
Saya terpaksa menurunkan buku saya dan menoleh ke arahnya. Sial! Saya tidak suka udara di sekitar saya. Kenapa begini? Wajah saya panas. Sial! Sekali lagi.
Saya:
Tidak akan tanya apaapa.
Jawaban bodoh. Rutuk saya. Ini pasti menggiring ke arah pertanyaan lain yang akan membuat saya semakin jengah dan terperangkap. Lihat ia tenang sekali.
Manusia undurundur:
Kenapa?
Saya:
Tidak kenapakenapa. Memang tidak akan bertanya saja. Tidak ada yang perlu ditanyakan.
Manusia undurundur:
Aku kok sepertinya kenal dengan manusia yang kamu tulis itu ya? Familiar.
Ya iyalah, batin saya. Mati saya sudah. Ketahuan. Saya tidak berani memandang ke arahnya. Begitu ia melihat mata saya, semua akan terlihat di sana. Mampus saya.
Manusia undurundur:
Itu aku kan?
Saya sudah tidak tahu bagaimana wajah saya. Pencuri yang ketahuan aksinya. Sudah kepalang basah, basah sekalian lah. Dengan wajah dan suara yang ditenangkan saya menjawab.
Saya:
Kok kamu yakin sekali? (lantas tawa saya pecah, terbahak)
Manusia undurundur:
Terasa saja. Itu aku kan?
Saya tidak menjawabnya. Saya hanya tertawa. Tawa sudah cukup bukan untuk menjawab pertanyaan itu? Semua sudah jelas. Saya memandangnya dan ia memandang saya.
Sore itu …
08.09.09 23.42…
Manusia undurundur:
Jika manusia undurundur itu ada di sampingmu, kamu akan menanyakan apa kepadanya?
Saya belum tersadar sepenuhnya. Diam, tapi mata saya masih terpaku pada hurufhuruf yang ada dalam buku. Konsentrasi saya pecah sudah.
Saya:
Apa?
Saya tidak berani mengalihkan mata saya dari buku yang saya baca. Saya dengar ia tertawa. Tawa yang membuat saya tidak tenang.
Manusia undurundur:
Kamu belum jawab pertanyaanku tadi. Kalau manusia undurundur yang ada dalam ceritamu itu ada di sini, kamu mau apa?
Saya terpaksa menurunkan buku saya dan menoleh ke arahnya. Sial! Saya tidak suka udara di sekitar saya. Kenapa begini? Wajah saya panas. Sial! Sekali lagi.
Saya:
Tidak akan tanya apaapa.
Jawaban bodoh. Rutuk saya. Ini pasti menggiring ke arah pertanyaan lain yang akan membuat saya semakin jengah dan terperangkap. Lihat ia tenang sekali.
Manusia undurundur:
Kenapa?
Saya:
Tidak kenapakenapa. Memang tidak akan bertanya saja. Tidak ada yang perlu ditanyakan.
Manusia undurundur:
Aku kok sepertinya kenal dengan manusia yang kamu tulis itu ya? Familiar.
Ya iyalah, batin saya. Mati saya sudah. Ketahuan. Saya tidak berani memandang ke arahnya. Begitu ia melihat mata saya, semua akan terlihat di sana. Mampus saya.
Manusia undurundur:
Itu aku kan?
Saya sudah tidak tahu bagaimana wajah saya. Pencuri yang ketahuan aksinya. Sudah kepalang basah, basah sekalian lah. Dengan wajah dan suara yang ditenangkan saya menjawab.
Saya:
Kok kamu yakin sekali? (lantas tawa saya pecah, terbahak)
Manusia undurundur:
Terasa saja. Itu aku kan?
Saya tidak menjawabnya. Saya hanya tertawa. Tawa sudah cukup bukan untuk menjawab pertanyaan itu? Semua sudah jelas. Saya memandangnya dan ia memandang saya.
Sore itu …
08.09.09 23.42…
Subscribe to:
Posts (Atom)