Friday, October 31, 2008
kisah yang akhirnya saya pahami
saya tahu sekarang mengapa ibu saya tidak pernah bersedia pergi dari ayah saya. dulu saya mengira ini hanyalah penyakit perempuan lemah. ternyata tidak demikian adanya. tidak sesederhana itu.
ibu saya perempuan hebat. saya tahu dia bukan perempuan lemah -terlepas dari bagaimana definisi lemah dan kuat itu sendiri. tak penting menurut saya. ibu saya dengan segala pengetahuannya yang kadang bagi saya memang tidak cukup menampung semua pemikiran saya (iyalah ka, kalian beda), tapi justru malah seperti tiang yang menopang saya. bukan tiang sebenarnya, tapi companion untuk segala hal. ibu saya percaya sepenuhnya terhadap saya tanpa paham apapun mengenai apa yang saya pikirkan dan saya lakukan. saya pribadi merasa tidak sanggup ke tahap itu. terlalu berat. pikiran sederhananya memungkinkan untuk itu, pikir saya. apapun itu, saya tidak bisa ke sana.
saya tahu sekarang jawabannya setelah bertahuntahun mencoba mencari tahu dan bertanya sendiri mengapa ia bertahan. ini hidupnya. ini lingkungan sosialnya. ia tidak punya alternatif pilihan lain. ini yang dia tahu selama ini. sangat tidak adil jika saya mencoba mencabutnya dari apa yang telah ia hidupi bertahuntahun. saya tahu ibu saya menghidupinya dengan sepenuh hati. sekarang itu sudah cukup untuk saya. asal ibu saya bahagia dengan hidupnya.
berbahagialah dia yang tidak melihat namun percaya... agaknya ibu saya mengimani itu...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
jadi teringat bilangan fu
mbak ika, semoga akan terus baikbaik saja :)
Post a Comment